Sabtu, 27 Februari 2010

[Sesakit Inikah Rasanya Mencintai...?!] Vol.2 : Dialogue at The Telephone

Sebuah senja yang murung terhampar di depan mata seorang pria yang sedang terduduk diam. Hujan yang menghantam bumi berkali-kali baru saja reda. Tak ada pelangi. Lagipula siapa yang membutuhkan pelangi...?!, hanya orang cengeng yang perlu melihat pelangi sehabis hujan.

Bunyi ringtone di HP menarik pria itu dari lamunannya. Diperhatikannya identitas penelfon yang muncul di layar HP nya. Dengan wajah dingin didekatkannya HP itu ke telinganya.

p : "halo..."

w : "hai...kamu sedang sibuk...?!"

p : "enggak..."

w : "bener..?!"

p : "ya..."

w : "sedang apa kamu...?!"

p : "tidak sedang melakukan apa-apa..."

w : "aku rindu mendengar suaramu..."

p : "kamu sedang mendengarkannya sekarang..."

w : "iya...tak berubah..."

p : "ya..."

w : "kenapa kamu tak pernah menelfonku...?!"

p : "bukankah kamu yang bilang waktu itu ; kamu yang akan menelfon aku, aku tak perlu menelfon kamu. Kamu sudah lupa...?!"

w : "aku masih ingat, hanya saja..."

p : "apa...?!"

w : "tidak, aku hanya berpikir..."

p : "berpikir tentang apa...?!"

w : "apakah kamu tak pernah merindukan aku...?!"

p : " pernah..."

w : "benarkah...?!"

p : "sering..."

w : "oh ya...?!"

p : "setiap saat..."

w : "lalu, kenapa kamu tak pernah menelfonku...?!"

p : "aku berpegang pada kata-katamu itu..."

w : "kenapa tak kamu langgar bila kamu merindukan aku...?!"

p : "semua kata-katamu itu kuanggap sebagai sebuah kepercayaan buta dimana aku tak perlu tuk bertanya kenapa ?, dan bagiku, bila aku tak patuh pada kata-katamu atau melanggarnya, itu artinya aku sedang menyakiti kamu secara tidak langsung..."

w : "kamu tak pernah menyakiti aku, sekalipun tidak..."

p : "karena aku mencintai kamu..."

w : "aku pun mencintai kamu..."

p : "kamu pun tak pernah menyakiti aku, sekalipun tidak. Tapi, kenapa aku merasakan rasa sakit yang luar biasa bila aku mengingatmu...?!, terlebih ketika aku sadar bahwa aku mencintai kamu. Cinta itu seharusnya menjadi sebuah perasaan yang menyenangkan, membuat seseorang bahagia. Tapi, cinta yang kumiliki ini menyakiti diriku sendiri..."

w : "aku pun merasakan rasa sakit yang sama..."

p : "niatkanlah aku tuk mengerti rasa sakit yang kamu rasakan, aku tak pernah tahu bagaimana rasanya..."

w : "kamu pikir aku menikmati semua ini...?!, semua omong kosong ini...?!"

p : "waktu yang berlalu semakin membaurkan semua hal tentangmu. Terlebih, tentang perasaanmu padaku..."

w : "kamu sedang menyayat hatiku lewat kata-katamu barusan..."

p : "maafkan aku bila itu menyakitimu, aku hanya ingin jujur..."

w : "kamu tak pernah tahu rasanya...!!!"

p : "maafkan aku..."

w "untuk merasa seperti diperkosa setiap malam...!!!"

p : "sudahlah...tak perlu kamu teruskan..."

w : "untuk melahirkan seorang anak yang didalamnya mengalir darah orang yang terpaksa aku cintai...!!!, aku sayang pada anakku...!!!, tapi mengapa bukan darahmu yang mengalir di tubuh anakku...?!"

p : "aku mengerti..."

w : "tidak...!!!, kamu tak mengerti...!!!, kamu tak tahu bagaimana rasanya...!!!"

p : "tak perlu kamu teruskan lagi...."

w : "aku adalah seorang istri dan seorang ibu yang menjalani ini tanpa jiwa dan hati...aku bisa tersenyum pada suamiku dan anakku, tapi kosong. Aku bisa tertawa, tapi hampa. Sandiwara yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sebuah antiklimaks yang terlalu menyakitkan....!!!"

p : "maafkan aku..."

w : "posisimu lebih enak dibandingkan aku, sakitmu tak seberapa dibandingkan aku..."

p : "kenapa kamu bisa berkata begitu...?!"

w : "kamu masih sendiri..."

p : "menurutmu itu sebuah keuntungan...?!"

w : "mungkin..."

p : "tak seperti yang kamu bayangkan..."

w : "lalu seperti apa...?!"

p : "kamu mau dengar...?!"

w : "tentu saja..."

p : "meski itu menyakitkan buatmu..."

w : "sakit, tersakiti, itu tak lagi menjadi sebuah masalah..."

p : "baiklah..."

w : "ceritakan, aku ingin mendengarnya..."

p : "kamu tahu betapa aku sungguh-sungguh mencintai kamu..."

w : "ya. tak perlu kamu katakan itu, aku tak pernah sekalipun meragukannya..."

p : "sempat terpikir olehku tuk mencari seseorang yang bisa menggantikan tempatmu di hatiku..."

w : "lalu...?!"

p : "tak ada yang bisa...!!!"

w : "kenapa tak bisa...?!"

p : "perlu waktu yang lama untuk menceritakan kisah kita, terlebih lagi menceritakan arti dirimu buatku..."

w : "aku tahu, aku pun sering kembali ke masa lalu, mengenang masa-masa indah itu..."

p : "ya. tak ada satu pun yang mampu menggantikan dirimu..."

w : "lalu...?!"

p : "aku sempat mengalami depresi dan stress. aku larut dalam obat-obatan penahan rasa sakit, meski aku sendiri tak tahu tentang penyakit yang berdiam di tubuhku ini. aku larut dalam minuman. aku larut dalam kesenangan-kesenangan dan hampir setiap hal yang aku lakukan hanyalah untuk lari dan lari lagi. tapi, semakin kencang aku berlari, hal-hal yang membuatku merasa depresi dan stress itu pun semakin kencang mengejarku..."

w : "lalu...?!"

p : "aku ingin sembuh. aku tak mau seperti itu, setidaknya, aku tak mau kamu tahu dan melihatku dalam keadaan seperti itu..."

w : "apa kamu sudah sembuh sekarang...?!"

p : "ya. beberapa bulan yang lalu aku mengikuti beberapa sesi dengan seorang psikiater kenalanku. Dia benar-benar membantuku mengatasi kecanduanku..."

w : "kamu menyembunyikan ini semua dariku...?!"

p :"aku tak ingin kamu melihatku jatuh...!!!"

w : "kenapa kamu menyimpannya sendiri...?!"

p : "karena aku mencintai kamu...!!!, aku tak ingin kamu terluka melihatku hancur seperti itu...!!!"

w : "karena aku mencintai kamu...!!!, seharusnya aku ada di sampingmu saat kamu jatuh...!!!"

p : "maafkan aku, hanya saja..."

w : "apa...?!"

p : "meskipun kamu tahu, kamu tak akan ada di samping aku..."

w : "maafkan aku..."

p : "bukan salahmu..."

w : "lalu, setelah itu...?!"

p : "setelah itu, aku berusaha lagi mencari seseorang tuk menggantikan dirimu..."

w : "lalu...?!"

p : "tetap saja tak ada yang bisa menggantikanmu..."

w : "kenapa...?!"

p : "aku tak ingin merasa terpaksa mencintai seseorang. buatku itu adalah perbuatan terhina yang pernah ada, apapun alasannya..."

w : "kamu mengatai aku hina...?!"

p : "buatku, bila aku tetap tak bisa menemukan seseorang yang bisa menggantikan dirimu, aku akan tetap sendiri..."

w : "tak peduli apa yang orang-orang bilang...?!"

p : "aku tak pernah peduli dengan omongan mereka. mereka boleh mengatai aku macam-macam. buatku itu bukan sebuah masalah..."

w : "kenapa...?!"

p : "karena mereka tak tahu rasanya. mereka tak mengerti tentang perasaanku. mereka tak mengerti tentang cinta, cinta buat mereka adalah memiliki, jika mereka tak dapat memiliki, maka itu bukanlah cinta.buatku ; cinta lebih dari itu. dan lagi, mereka tak tahu arti dirimu buatku. lagipula, mungkin mereka tak pernah benar-benar mengenal siapa kita ; aku dan kamu..."

w : "tambah lama tambah dalam perasaanku ini buatmu. terus mengalir, tak bisa habis, tak pernah surut.."

p : "aku pun sama sepertimu..."

w : "untuk tahu ada seseorang yang selalu memikirkanku, merindukanku, selalu berdoa untukku, mencintaiku dari awal cinta itu lahir hingga detik ini, demi Tuhan, aku tak ingin menggantinya dengan apapun juga...!!!"

p : "aku tak akan bergeming sampai seseorang hadir dan membuatku bergeming, meski aku tak pernah menginginkan seseorang datang tuk membuatku bergeming..."

w : "kamu punya cintaku yang utuh dan tak terbagi, meski kamu tak bisa memiliki aku..."

p : "dan kamu masih memiliki aku dari sejak awal cinta itu lahir hingga detik ini...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar