Dear Strawberry girl,
Hari itu kamu bilang kepadaku bahwa kamu sedang sakit hati. Sakit hati dengan seseorang dan kamu bilang juga padaku bahwa itu membuatmu menangis.
Lalu aku bertanya kepadamu, sakit hati kenapa...?!, sakit hati karena siapa...?!, sakit hati oleh siapa...?!, jika kamu mau, kamu bisa menceritakannya padaku. Tapi, kamu bingung bagaimana cara menceritakannya. Kamu tak tahu harus mulai bercerita darimana.
Lalu kamu bertanya, bagaimana caraku menghilangkan sakit hati itu saat aku mengalaminya. Aku jawab begini, aku menceritakan sakit hatiku kepada seseorang yang tak pernah membuat diriku sakit hati. Bisa juga mengimplisitkannya lewat tulisan di noteku. Beberapa orang tak hanya dengan menulis, bisa dengan membuat lirik lagu, membuat mural, menggambar atau membuat sebuah desain, bermusik, menciptakan gerakan tarian yang baru, dan banyak hal lainnya sesuai dengan bakat dan keahlian orang itu. Cara terakhir yang kulakukan adalah menyimpannya untuk diriku sendiri. Lagi2, waktu yang akan menjadi semacam penghapus, menghapus rasa sakit hati itu.
Lalu kamu menghilang dari perbincangan. Tanpa pamit, tanpa pesan. Seperti yang dulu2 kamu selalu melakukan itu.
Tak banyak yang ingin kukatakan padamu saat ini. Selain mengagumi dirimu sebagai seseorang yang manis, lugu, baik hati, ceria, humoris, dan selalu positif hampir dalam segala hal, aku ingin berkata sedikit padamu tentang sakit hati.
Sakit hati.
Setiap orang pernah mengalaminya. Setiap orang pernah membuatnya untuk orang lain secara sadar atau tidak sadar. Sakit hati hilir mudik, terbang kesan-kemari, bersenyawa dengan udara setiap hari. Kehidupan nyata memberikan ruang yang tak terbatas bagi sakit hati untuk berkembang.
Tak perlu rumit menciptakan sakit hati. Terkadang dengan sebuah tatapan, sebuah kata, sebuah kalimat, sebuah tindakan. Hanya sebuah dan itu tidaklah banyak. Hanya sebuah. Hanya sekali.
Karena sakit hati, orang2 tersayang, orang2 yang pernah dekat, orang2 yang begitu spesial, menjadi berubah. Menjauh, pergi, menghilang.
Karena sakit hati, mereka membenci, melukai, mengacuhkan, atau mungkin menganggap seseorang tak pernah ada. Mereka mengkhianati masa lalu yang pernah mereka puja sedemikian rupa. Karena sakit hati.
Karena sakit hati, manusia yang sedemikian dekat menjadi terpisah, seolah2 mereka terpisah oleh samudera yang luas dan dalam. Padahal mereka begitu dekat. Dulu mereka seolah tak bisa terpisahkan.
Aku sadari, aku mungkin pernah membuatmu merasa sakit hati, mungkin juga rasa sakit itu masih bertahan hingga sekarang, masih bersemayam disana, di hatimu. Aku meminta maaf kepadamu saat ini. Maklumilah seorang anak manusia yang masih mencari arti dari semua hal dalam kehidupan ini. Maafkanlah dia seperti aku memaafkan dirimu, dan dirimu memaafkan seseorang yang berbuat salah kepadamu.
Ketika kamu berkata kepadaku bahwa kamu sering menangis karena rasa sakit hati itu, aku tak hanya merasakan sedih sambil merasakan air matamu yang hangat mengalir di kulitku. Aku pun merasa bersalah. Selalu seperti itu, setiap seorang perempuan menangis, aku selalu merasa bersalah. Tak peduli siapa perempuan itu.
Menangislah, jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik. Menangislah, bila dengan menangis, kamu bisa sedikit mengurangi rasa sakit hati itu.
Tapi, berjanjilah padaku satu hal, jangan terlalu mudah untuk menangis, jangan terlalu mudah untuk menumpahkan air matamu itu, terlebih untuk hal2 yang tidak seharusnya kamu rasakan. Jika sakit hati yang kamu rasakan sekarang ini adalah rasa sakit yang seharusnya tidak perlu dan tidak penting untuk kamu rasakan, janganlah menangis. Tak perlu lagi kamu rasakan, buanglah jauh2 dari hatimu.
Kamu dan aku tahu, bahwa manusia bertindak karena dua hal. Yang pertama karena pikiran. yang kedua karena hati. Hati bisa membuat manusia melakukan berbagai hal. Terkadang hal2 yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Tapi, bukanlah hati yang sebenarnya memiliki manusia, namun, manusialah yang sebenarnya memiliki hati. Kendalikanlah hatimu. Jika rasa sakit di hati hadir, rawatlah hatimu, obatilah hatimu itu, karena kamu yang memilikinya, bukan orang lain. Jangan biarkan hatimu mengendalikan dirimu, tapi kamu yang mengendalikan hatimu. Karena kamu manusia, dan hati itu kamu yang miliki bukan sebaliknya.
Dimataku, kamu masih seseorang yang kukenal dulu. Tak pernah berubah. Tak bisa berubah meski apapun yang terjadi. Kamu adalah keceriaan, canda tawa, senyum, dan wajah yang benderang buatku.
Aku merindukan percakapan kita seperti dulu, dan semoga esok masihlah ada.
Sabtu, 27 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar