Sabtu, 11 Juli 2009

♥ SuPeR ~ FiNe ♥

Raka : “rasanya aku ingin kembali ke masa itu…”

Sha : “untuk apa..?!”

Raka : “untuk menutup pintu hati, untuk membiarkan cinta miliknya tetap di luar hatiku…”

Sha : “kau menyesal…?!”

Raka : “bukan itu, hanya saja…”

Sha : “cinta miliknya datang dengan hormat padamu waktu itu, dengan penuh kekaguman nya padamu, dan sudah seharusnya kau bukakan pintu hatimu. Itu juga yang kau lakukan bukan…?!”

Raka : “ya…itu yang kulakukan…aku membuka pintu selebar yang aku bisa untuknya…”

Sha : “tak ada yang perlu dirubah dari masa lalu, biarlah tetap seperti itu, dan terus seperti itu…”

Raka : “kau tahu…?!”

Sha : “apa..?!”

Raka : “cinta miliknya berhamburan masuk ke dalam hatiku, menggantikan jendela-jendela lama dengan yang baru, membuat lebih banyak lagi jendela baru, supaya angin sepoi bisa menyejukkan setiap lekuk relung hati…”

Sha : “bukankah itu indah…?!, bukankah itu baik…?!, semua yang diperbuatnya padamu…?!”

Raka : “ya…aku tak pernah mengingkari itu…”

Sha : “lantas…?!”

Raka : “bayangnya selalu datang…pergi sebentar…lalu datang kembali…”

Sha : “bersyukurlah kau bisa memiliki, meski hanya bayangnya saja…”

Raka : “aku tahu satu kenyataan…”

Sha : “apa itu…?!”

Raka : “aku tak pernah bisa memiliki dia…”

Sha : “tidak semua cinta harus memiliki…”

Raka : “kau bisa saja berkata seperti itu, karena kau belum pernah merasakan sakitnya…”

Sha : “sakitkah rasanya…?!”

Raka : “dengarkan aku…”

Sha : “aku mendengarmu sedari tadi…”

Raka : “seandainya aku mampu, aku ingin melupakan dirinya…”

Sha : “kau pasti mampu, pasti bisa…”

Raka : “aku lelah tuk terus melayang, mencari dan mengenang, membuka kenangan dan menguburnya kembali…”

Sha : “aku tak tahu harus apa…”

Raka : “kau hanya perlu diam dan mendengarkan aku…”

Sha : “baiklah, bila itu mau mu…”

Raka : “aku lelah oleh lamunan, khayalan, harapan, mimpi, dan juga kerinduan yang terbalut kerisauan yang tebal…terkadang, secara tak sadar bibirku pun menyebut dan memanggil namanya…hatiku malah semakin tersayat…”

Sha : “kau lihat hujan ini…?!”

Raka : “iya…aku lihat…”

Sha : “air hujan yang turun…tanah yang basah dan tergenang oleh air…adakah kau melihatnya…?!”

Raka : “ya…aku lihat semuanya…”

Sha : “kau seperti berada dalam hujan…kau seperti sedang berada dalam genangan air nya…”

Raka : “maksudmu…?!”

Sha : “ketahuilah, hujan pasti akan berhenti, matahari pasti muncul kembali, udara dingin perlahan menjadi hangat, tanah yang basah dan tergenang akan mengering…itu semua hanya masalah waktu saja…”

Raka : “masalah waktu saja…?!”

Sha : “kurasa seperti itu…entahlah, aku pun tak tahu bagaimana perasaanku saat ini…”

Raka : “tahukah kau, hujan selalu membuat perasaan seseorang menjadi tidak jelas, perasaan aneh, perasaan yang bahkan kita sendiri pun tak tahu…adalah sebuah lelucon lucu bila kita tidak mengerti tentang perasaan kita sendiri…”

Sha : “aku mengerti tentang perasaanku, hanya saja aku bingung tuk menyampaikannya…”

Raka : “menyampaikan pada siapa..?!”

Sha : “padamu…”

Raka : “sampaikan saja…sampaikan semuanya padaku…”

Sha : “kau mau mendengarkan…?!”

Raka : “ya, aku mendengarkanmu…”

Sha : “ aku tak tahu karena apa, mungkin karena hujan ini, sehingga tiba-tiba…”

Raka : “tiba-tiba apa…?!”

Sha : “tiba-tiba aku jatuh cinta padamu…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar