Senin, 23 November 2009

Jika Sekarang Adalah Saat Terakhirku...[ Tribute To : Aryani Kristanti ]

Jika sekarang adalah saat terakhirku,

Jika matiku bukanlah sebuah kematian yang wajar,

Jika tubuhku hancur dan terkoyak,

Jika tubuhku ku tak lagi bisa dikenali oleh siapapun,

Ayahku mengenaliku,

Jika teman-teman dan keluargaku tak lagi mampu melihat wajahku yang hancur,

Ayahku selalu memandangiku dari tempat-Nya,

Dia tahu bahwa aku sedang tersenyum.




Jika sekarang adalah saat terakhirku,

saat kata maaf belum sempat terucap,

saat kata cinta belum ku ungkap,

saat sesal masih membekap,

saat kepahitan masih membuat ruang di hati menjadi pengap,

kepada mereka orang-orang yang pernah mengisi singkatnya kehidupanku,

Ayahku berkata dengan lembut ; “sampaikanlah padaKu semuanya, Aku akan menyampaikan semua pesanmu pada mereka dengan caraKu”.




Jika sekarang adalah saat terakhirku,

Ketika aku masih tersesat,

Ketika aku masih mencari arti dan berusaha memahami,

Ketika aku masih lupa pada hakikat penciptaanku sendiri,

Ketika aku masih mengulangi hal-hal yang dilarang oleh Ayahku,

Ketika aku masih sedemikian jauhnya dari Ayahku,

Ayahku berteriak memanggil-manggil diriku,

Aku pun menjawab panggilanNya ;

“ampunilah anakMu ini, Ayah. Ampunilah aku…”

DijulurkanNya kedua TanganNya padaku,

Aku meraihNya segera,

Dia tidak memarahiku,

Dia hanya menangis.




Jika sekarang adalah saat terakhirku,

kala mimpi masihlah berupa mimpi,

kala kemashyuran masihlah berupa angan,

kala kehidupan masihlah menjadi sebuah beban,

saat mereka berucap demikian ; “kasihan dia, padahal dia masih begitu muda. Terlalu cepat dia pergi…”,

Ayahku berbisik lembut kepadaku ; “waktumu telah selesai, lingkaranmu telah sempurna…”.




Jika sekarang adalah saat terakhirku,

Tak peduli dimana dan bagaimana,

Ayahku akan segera menghampiriku dan berkata ;

“marilah, masuklah kerumahKu…”

Ayahku adalah butiran air mata yang tercipta dari mataku,

Ayahku adalah suara keceriaan yang tercipta dari tawaku,

Ayahku adalah suara jiwa yang berteriak saat aku memalingkan wajahku dariNya,

“Aku menyayangimu, anakKu. Jangan kau palingkan wajahmu dari padaKu…”, teriakNya

Ayahku adalah bisikkan lembut yang meredakan rasa sakit di hati,

“tenang dan sabarlah, jadilah kuat dan tegarlah…”, bisikNya.




Jika sekarang adalah saat terakhirku,

Aku ingin berakhir disana,

Didalam pelukan Ayahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar