Tiba-tiba suaranya di seberang sana menjadi lebih serius dari biasanya, entah kenapa, gw sendiri juga bingung kalau ditanya tentang perubahan dirinya yang lebih bijak, lebih dewasa, dan lebih mau tahu lagi tentang semua hal yang dilakukannya. Namun, ada juga hal-hal yang tak bisa dihilangkan dan tak bisa disangkal yaitu rasa cemburu, rasa ingin tahu, perasaan tak percaya 100%, takut inilah, takut itulah,takut dikhianati, takut ditinggalkan,dan perasaan lainnya, perasaan-perasaan yang gw tahu sendiri kalau dia terlalu cuek dan masa bodoh bahkan pada pacarnya sendiri.
Meski berkelamin wanita, sifatnya seperti seorang pria, setidaknya persahabatan kami sebelumnya telah memberi bukti yang sahih tentang sifat dan ego yang ada di dalam dirinya. Justru karena sifatnya itulah, dia menjadi berharga di mata gw, bukan sembarang wanita yang seperti kebanyakan yang bergelimpangan dan setiap hari gw temui, dia lebih dari itu, dia bukan wanita yang populasinya banyak, namun terancam punah oleh modernitas gak jelas, dan budaya tai kucing seperti sekarang.
Kira-kira sudah sekitar setengah jam kami berbincang, hingga terdengar lagu The Cranberries yang judulnya When You’re Gone sayup-sayup mengiringi suaranya yang terdengar semakin lirih.
Hold on to love that is what I do, now that I've found you
And from above everything’s stinking, they’re not around you
And in the night I could be helpless
I could be lonely, sleeping without you
And in the day everything’s complex
There’s nothing simple when I’m not around you
But I miss you when you’re gone
That is what I do, babe, babe, babe
And it’s going to carry on
That is what I knew, babe, babe, babe
Hold on to my hands I feel I'm sinking, sinking without you
And to my mind everything’s stinking, stinking without you
And in the night I could be helpless
I could be lonely, sleeping without you
And in the day everything’s complex
There’s nothing simple when I’m not around you
And I miss you when you’re gone
That is what I do, babe, babe, babe
And it’s going to carry on
That is what I knew, babe, babe, babe
Entah kenapa, gw gak bisa tuk mencela dia seperti biasanya ketika dia mulai bernyanyi, gw cuma bisa terdiam mendengar suara lirihnya, dalam hati gw cuma ada satu pertanyaan yang mengganggu dari kemarin; kenapa dia bisa serapuh sekarang?, dia bukan seperti dia yang kukenal?, apa yang membuatnya seperti sekarang ini?
Sebenarnya, gw terlalu tahu tentang perasaannya, tentang semua luka dan dukanya di masa lalu, tentang keinginannya dan impiannya yang satu per satu bisa dia raih. Kita baru saja memulai, tetapi rasa di hatinya sudah sedalam ini, dan menjadi takut untuk kehilangan, menjadi pencemburu yang selalu menaruh curiga. Seharusnya gw senang karena secara tidak langsung dia membuka dirinya dan isi hatinya, tapi gw cuma takut itu akan mengganggu pekerjaannya, terlebih kesehatannya, gw peduli lebih dari yang dia harapkan, gw marah ketika dia berpikir bahwa dia akan kehilangan gw, gw marah ketika dia berpikir bahwa dia gak bisa bertemu dengan gw, gw marah karena dia berpikir perasaan gw gak 100% buat dia, bukan karena apa-apa, hanya saja gw gak mau dia menjadi terganggu dengan pikirannya itu.
"Aku akan ngelakuin apa aja, ketika aku yakin dengan perasaanku, APAPUN ITU…!!!", ya, agak kaget gw mendengar itu dari bibir tipisnya, agak keras nada suaranya saat itu, seolah ingin memberi pernyataan bahwa ada yang gak berubah dari sifatnya, ya…ketegasannya dan rasa amarah nya terkadang membuat gw merinding, tapi apa asmara harus mengorbankan keyakinan? haruskah…? bisakah?, bahkan untuk cinta sekalipun, kita hanya akan dipanggil "orang murtad", dia hanya terdiam, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya?, setengah mati menahan gejolak hati miliknya.
Lantas, gw bercerita bahwa ada atasan gw yang nawarin tuk pindah ke kotanya, karena gw sebelumnya bercerita ke bos gw itu, kalau gw ingin sekali kembali ke sana, untunglah dia bisa ngasih jaminan buat gw bahwa selama dia masih jadi bos disana dan ada tempat yang kosong dan berpotensi, dia akan selalu menerima gw. Setidaknya, dia bisa senang mendengar ini, mungkin setahun atau dua tahun lagi gw akan kesana, karena kondisi sekarang gak memungkinkan sama sekali, dan untunglah, si pacar gw ini mengerti akan kondisi gw, terkadang rasa pengertiannya bisa hadir saat dia marah sekalipun, gw hanya bisa salut sekaligus heran.
Hei…pacarku yang terlalu peduli, pengertianmu yang kau berikan buatku, seharusnya kau berikan juga pada dirimu sendiri, status tak perlu dipikirkan sampai mengerutkan dahi, status cuma embel-embel yang hanya berisikan omong kosong belaka, seharusnya apa yang kita miliki sekarang sudah lebih dari cukup tuk bisa buatmu tertawa dan terbang menggapai impianmu yang lain, tak perlu lagi kautanyakan aku dengan siapa?, lagi apa?, ngapain aja?,kemana aja?, dia itu siapa?, percuma kau tanyakan, mereka itu bukan siapa-siapa buatmu, terlalu banyak yang telah kau lakukan daripada mereka yang belum melakukan apa-apa, cukuplah itu buatmu merasa lebih di mataku, janganlah berpikir tentang esok pada hari ini, itu berarti kita tidak adil.
Jadilah kamu yang dulu, anggaplah aku seperti temanmu, kita bisa jujur dan maklum atas apa yang telah terjadi. ya…seperti dulu, seperti dulu kita tertawa dan melahap setiap hari dengan keceriaan, cerialah selalu.
--------------------------
[ Keraguan itu memang milikmu, bukan milikku,
meski bukanlah aku yang kau ragukan, tetapi pada arti kita yang sekarang ini,
ketahuilah bahwa aku telah siap untuk melihatmu jatuh,
melihat sinar di matamu yang menghilang perlahan,
menyaksikan senyum di bibirmu yang sebentar kan memudar,
memandang dirimu yang tak bisa lagi berikan arti padaku,
aku kan berkeras tuk tetap tinggal meski tak kau inginkan aku lagi.
Keraguan itu masihlah milikmu, dan tidak kan pernah menjadi milikku,
karena aku tak punya alasan yang masuk akal tuk meragukanmu,
terlebih lagi, aku hanya ingin menjalani ini semampuku,
bukankah kau yang memintanya waktu itu?
bukankah kau pun berkata hal yang sama, bahwa kau ingin menjalaninya semampumu,
lantas untuk apa keraguan yang sekarang ini ada di hatimu?
bisakah kau mengusirnya pergi?
sebelum aku yang kan pergi darimu. ]
PS : jarak tak pernah benar2 jadi pemisah, manusia lah yang menjadikan jarak sebagai alasan untuk berpisah...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar