Pria itu terbangun dari tidur yang tak pernah bisa lelap, selalu kurang oleh kecemasan-kecemasan tentang masa depan, juga penyesalan – penyesalan dari masa lalu miliknya.
Terbangun di pagi yang telah beranjak siang, sebentar melamun, seolah bingung harus apa, seperti baru mengalami pengalaman bangun tidur, lantas meloncat ke halaman.
Ditantangnya langit lewat tatapan matanya yang kosong, bergumam tentang gejolak di jiwa rapuh miliknya yang tak mampu ia sangkal.
Untuk terus bertahan hidup adalah ide klasik yang bulat-bulat ia telan dan muntahkan, ia haus pengalaman-pengalaman baru, hal-hal baru, terlebih lagi sesuatu yang menarik buat otaknya cerna, ia lapar akan ide-ide segar setiap harinya...
Matanya bergerak aktif di setiap detik, memperhatikan hampir semua titik tangkap, terduduk bosan bersama lelah di bangku kuliah, jemu dengan semua diktat-diktat kuliah, teman-teman yang acuh tak acuh, kadang ia bingung pada tempat dirinya berkawan, coba tuk pahami namun terlalu sering sakit hati, ini bukan hidup yang ia inginkan, namun tak kuasa ia tolak, ia jalani terus sampai jenuh, tapi tak jenuh-jenuh juga, ia bingung...
Sejauh ini, hati yang tegar miliknya terlalu sering selamatkan ia dari rasa-rasa yang mungkin telah habisi umurnya, entah ia sadari atau tidak, kurasa ia tak mau peduli, cukuplah ia sekedar tahu bahwa ia masih mampu tuk tuk merasakan hal-hal yang kadang ia sendiri pun enggan tuk rasakan...
Inilah kesaksiannya di waktu malam, menuliskan asanya di kertas-kertas tak bernyawa, tumpahkan egonya di sana, kerinduannya, harapannya, penyesalannya, pengalamannya, terlebih lagi hidupnya, tuk menjadi tugu peringatan untuk dirinya sendiri, semoga semua itu berharga dan tak sia-sia...
Minggu, 24 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar