Minggu, 24 Mei 2009

I'm In Pain 1

Waktu itu aku melihatnya duduk tak jauh dariku, kira2 lima langkah saja buatku bila ingin menghampirinya. Tapi, aku hanya ingin melihatnya saja dari sini. Manis parasnya, rambut panjangnya sedikit kecoklatan dan dibiarkan terurai begitu saja, bibirnya tipis, dan sepasang mata berwarna coklat yang tajam. Aku masih saja asyik melihatnya dari sini, dari tempat dudukku di ruang tunggu ini. Dia masih melamun, sambil sesekali membenarkan rambutnya. Dilemparkannya pandangannya ke sekeliling ruang tunggu ini, tapi kurasa, dia setuju denganku, tak ada satu hal pun yang enak tuk dipandang di ruang tunggu ini. Dia pun kembali larut dalam lamunannya.

Terkadang, aku ingin sekali bisa masuk ke dalam lamunan orang2, masuk ke dalam lamunannya, minimal tuk sekedar tahu apa yang orang2 lamunkan, apa yang dia sekarang lamunkan. Kurasa, basa basi di awal percakapan dengan orang yang baru dikenal akan menjadi sejarah belaka.

Dari caranya berpakaian, kurasa dia adalah seorang mahasiswi. Kaos putih yang dibalut dengan kemeja longgar kotak2 berwarna biru, dan kemeja itu dibiarkannya tidak terkancing. Celana jeans biru yang seolah menempel ketat di kedua kakinya. Sepatu kets warna putih membalut kakinya yang tak mau diam menghentak lantai seiring irama lagu yang dia dengarkan dari ipod nya. Mulutnya sibuk mengunyah permen karet, sesekali dia membuat suara ; "taaakkk !!!", dengan permen karetnya itu.

Aku hanya tersenyum dan terus memandangnya lalu terdiam saat dia sadar bahwa aku memperhatikan dia sedari tadi. Dia terus menatapku dan aku tak mengalihkan mataku, aku balik menatapnya. Tak lama, seseorang memanggil namanya, dia segera menghampiri orang itu lalu masuk ke dalam sebuah ruangan sambil membuang permen karetnya terlebih dahulu di tempat sampah yang persis berada di sebelah pintu ruangan itu.

Namanya Tiara, itu yang telingaku dengar dari orang yang memanggilnya.

Kira2 dua puluh menit kemudian dia keluar dari ruangan itu. Dia berjalan tergesa dan terlihat bingung. kedua matanya terlihat teduh saat melewatiku, tak lagi tajam. Dia masih terus saja memandangiku sampai dia menghilang dari pandanganku saat dia berbelok menuju pintu keluar.

Aku terdiam dan mencoba mengerti pesan yang dia sampaikan padaku barusan lewat kedua matanya.

TO BE CONTINUED...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar