I have two choice.
If I don’t wield the sword.
I can’t protect you.
If I keep wielding the sword.
I can’t embrace you.
I’m merely practicing goodbye to you.
Aku tahu ini pasti terdengar gila dan tak masuk akal, bagiku atau siapapun..
Dalam mimpiku, aku memimpikanmu.
Kau berada tepat di belakangku, berdiri dekat denganku. Antara terkejut dan aneh, perlahan aku mulai menikmati mimpi ini, hanya saja aku sedikit merasa ada kejanggalan di balik semua ini.
Waktu itu, kau memelukku dari belakang, erat seperti tidak mau terlepas lagi. Jantungku berdebar sangat keras, sampai-sampai aku bisa mendengarnya sendiri keluar dari dadaku. Sepertinya aku bisa merasakan seluruh perasaanmu saat itu ,mengalir dari kedua lenganmu, menyerbak dari dadamu, karena kau memelukku begitu erat.
Penuh rasa sayang, begitu lembut sampai terasa menyakitkan. Lenganmu yang melingkari bahu kecilku, melindungiku dari setiap kenyataan kejam dari dunia ini. Dari kata-kata yang bertujuan untuk menyakitiku.
Aku merasakan jemari menyusuri rambutku, menyentuh telingaku, membelai pipiku dengan sentuhan yang kupikir tak akan pernah kurasakan seumur hidupku.
Aku menggengam lenganmu, menutup kedua mataku, sebisa mungkin aku ingin jadikan ini kenyataan, kenyataan yang selalu lari dariku
Kau tak pergi menjauhiku, tetap berada bersamaku, meskipun banyak orang yang memperhatikan, seolah kau tak pernah peduli dengan mereka.
Aku ingin dunia berakhir di sini, saat ini juga, meskipun aku tak akan pernah bisa membuka mataku kembali sekalipun.
Saat ini, hanya ingin waktu ini milikku, hanya untukku seorang, karena aku tak pernah ingin membagimu untuk orang lain.
Aku tak akan bersikap naif dengan berpura-pura tidak suka. Hanya saja ini memang terasa aneh bagiku. Terlebih bagimu. Bagi siapapun.
Namun, aku tahu saat aku harus membuka mataku, kau akan menguap lenyap meninggalkan tempat kosong yang hanya cukup diisi oleh misteri-misteri tentang kehidupan, ketakutan, kekosongan, dan kekecewaan, terlebih lagi kekalutan pikiranku yang makin menjadi. Aku tak peduli, aku hanya ingin dirimu.
Aku memangil namamu dengan jiwaku, tanpa terdengar, tanpa terasa..
“Hmm..” kau menjawabku, dengan suara hangat yang lambat laun semakin kurindukan. Dalam satu pengucapan yang perlahan, meninggalkan satu perasaan yang tak terkatakan pada kulitku, pada jiwaku. Aku merasa bahwa kau sedang tersenyum padaku.
Aku sadar bahwa luka hatiku sedang terkoyak,terbuka lebar dan mengeluarkan cairan merah yang pekat dan kental. Perlahan mengalir melalui kedua mataku.
Kumohon tinggalah di sini lebih lama lagi, sebentar lagi. Karena ...
Dalam mimpiku, kau adalah milikku satu-satunya, dan aku adalah milikmu satu-satunya…
Sekali lagi aku akan merasa terluka lebih dalam lagi. Tak akan ada lagi yang membantuku keluar dari semua ini.
Aku ingin memelukmu dengan seluruh tenaga yang ada, aku ingin melindungimu dalam pelukanku sepenuh jiwaku, aku berani bertaruh nyawa untukmu.
Tapi tetap saja, semuanya ini seperti jalan buntu. Tak ada persimpangan untuk sekedar membantuku memilih. Tak ada.
Kita seperti berdiri di tengah jurang, jalan apapun tampak sama saja, berujung pada kematian.
Berdoa pun sepertinya menjadi hal yang percuma kulakukan. Aku mencarimu di setiap sudut kehidupanku, namun tetap nihil. Hanya sisa-sisa kenanganku bersamamu.
Tak ada yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu, di sisiku, bersamaku.
Baik itu dalam masa lalu, masa ini maupun masa depan. Aku tak bisa melihatmu di kehidupanku yang akan datang.
Kurasa itulah akhir dari semuanya, aku akan terus berputar pada kebingungan ini.
Sebelum semuanya berubah menjadi air mata
Tak ada cahaya yang menuntunku ke arahmu, meskipun sebersit saja
Berharap pada kebohongan, aku akan terus menderita
Mengenggam kenyataan yang terus menyapu jiwaku pada kehampaan
Apa aku yang membuat segalanya menjadi seperti ini? Tidak, bukan aku ataupun kau.
I want to be a wind…
A wind like a breath..At times.
I want to be the wind that fights against you, the wind that dries your tears
Or the wind that easily your tiredness.
I want to be the wind like that
Aku akan bersiap kehilanganmu lebih dalam lagi, tanpa menoleh ke belakang, berharap masa lalu akan menyembuhkanku. Tidak. Aku tak akan mengijinkanmu.
Akan sulit bagiku melihatmu bahagia, jika itu bukan aku. Bila bukan aku yang membuatmu tersenyum seperti itu. Apa aku tak akan pernah menjadi orang itu?
Setidaknya aku pernah mencoba untuk menyukaimu seperti aku menyukai diriku. Kau satu-satunya orang yang ingin kulindungi sepenuh jiwaku.
Aku tidak akan pernah bersamamu seumur hidupku, kau bukan orang yang ada di ujung benang merahku. Seberapa pun aku berusaha menariknya, aku tak akan menemukanmu.
Kau hanya bisa kutemui lewat mimpi-mimpiku, aku hanya bisa mengejarmu lewat mimpiku
Tidak dalam duniaku, ataupun duniamu yang berlawanan denganku. Aku tak pernah mengerti, dan aku pun tak mau mengerti alas an apapun tentang ini.
Aku akan terus bermimpi, tentang hal yang sama. Terus berulang setiap saat. Semakin dalam dan semakin menjadi. Tentang kau dan aku. Tentang dunia yang kuciptakan.
Aku ingin kau menghilang dari hidupku. Pergilah sejauh mungkin.
Ketempat yang tak bisa kujangkau. Kematian.
Mungkin kau dan aku bukanlah orang yang ditakdirkan untuk berjalan di jalan yang sama. Untuk menyayangimu,…untuk dapat hidup bahagia bersamamu
Harus melewati jalan yang begitu berat. Jalan yang penuh dengan ketidakpastian
Jalan panjang, jalan yang harus kita tempuh. Jalan yang selalu ingin diulang kembali
Kau dan kau mempunyai takdir yang berbeda, saling berhadapan dan tak akan pernah tersatukan. Kau tak akan mengerti apa yang kuinginkan dan begitu pula sebaliknya
Kalau aku mengatakannya, apa kau akan mengerti? Apa kau mau berusaha mengerti aku? Aku sendiri bahkan takut untuk mengatakannya. Aku tak ingin mendengar jawabanmu.
Tapi kalau aku ingin mencobanya, apa kau mau mencobanya juga?
Melewati sebagian waktumu bersama diriku. Melewati sebagian kebahagianmu untuk menerima kesedihanku. Melihat semua kehidupan jiwaku.
Ketika terjadi perselisihan, apa kau mau menyelesaikannya. Saat kau menyadari semuanya, aku ingin melihatmu berlari, mengejarku.
Karena aku tak bisa memberimu banyak hal, tapi aku menjamin akan ada saat sulit maupun saat tersulit nantinya. Bahkan akan ada saat dimana kau dan aku merasa muak dengan segala yang ada. Tapi aku ingin kita berusaha, kita akan keluar dan bertahan dari saat-saat sulit itu.
Kalau kau percaya padaku, kalau kau yakin, aku pasti bisa melakukannya.
When I’m ailing and I’m tired, and my years are running out,
Can you take away all my doubt? Can you love me? Will you stay forever by my side?
Aku tak berharap banyak, karena sepertinya tak akan ada harapan yang tersisa. Semuanya akan berjalan seperti bagaimana seharusnya. Tak akan ada yang salah.
Tak ada cerita tentang aku, tentang kau, tentang kita baik di masa depanku maupun dirimu. Semuanya akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Secepat angin berhembus. Secepat musim berganti.
Semuanya akan kembali seperti semula, seolah tak pernah terjadi apapun. Seolah tak ada yang akan tersakiti. Seolah tak ada yang merasa kehilangan…
Semuanya akan terkubur. Semuanya akan terlupakan.
Tidak untukku. Bahkan tidak saat huruf terakhir muncul.
Keajaiban. Aku berharap hal seperti itu ada. Terjadi padaku.
Keajaiban yang membawaku melebihi langit. Melewati batasan mimpi.
Keajaiban yang melewati batas keajaiban itu sendiri. Keajaiban yang membawamu padaku
Keajaiban yang bisa kugenggam.
What kind of memories do I have to search
For that will reach into my heart?
I want to at least remember your gentle words
Lagi-lagi aku bermimpi. Mimpi yang sama. Tentang aku. Tentang kau. Tentang kita.
Aku tak mengerti harus menyebut apa mimpi ini. Mimpi indah atau mimpi buruk.
Memburuku setiap malam. Seperti kutukan.
Kau duduk di sampingku, berada dekat denganku, memandang langit sore dan aku dapat menyentuhmu. Menatap lurus kedua matamu. Aku tahu kau sedang tidak berbohong padaku.
Tidak berbuat apapun. Terdiam, sepi. Tapi aku tak merasa aneh. Aku menyukainya.
Aku menoleh, melihatmu. Ketika kau menyadarinya, kau hanya mengangkat alismu dan tersenyum. Aku pun tersenyum kecil. Senyum rahasiaku.
Tak lama aku mendengarmu mengucapkan kata-kata yang selalu ingin kudengar.
“ Aku akan berada di sini untukmu, aku tak akan pergi. Kau tak perlu khawatir”.
Kau seperti menyadari apa yang kurasakan dalam jiwaku. Entahlah, aku merasa ada ketulusan dan kejujuran keluar dari senyummu. Dan itu membuatku nyaman.
“ Aku tak tahu sampai kapan waktuku berada di sini ”.
“ Aku juga tak tahu, tapi sampai dunia ataupun langit memanggilmu, sampai saat itu tiba aku akan menemanimu. Aku akan berada di sampingmu. Kau percaya padaku, kan”.
Aku tertunduk dan mengucapkan, “ Terima kasih”.
Kau mengulurkan tanganmu. Perlahan aku menyambut uluran itu. Memelukku.
Setengah berbisik, kau berkata, “ Jika waktu yang tersisa sedikit lagi, jangan berpikir lagi. Jangan menghitung. Tetaplah seperti ini “.
Aku menjawab dengan anggukan kecil.
Angin sangat bersahabat saat itu. Mengeringkan air mataku yang hampir menetes. Aku tahu tidak banyak yang bisa kulakukan. Tapi untuk saat ini aku tak ingin apapun.
Aku menutup mataku. Tidak berpikir apapun. Setidaknya inilah hal terakhir yang ingin kulakukan. Mendengar suara detak jantungmu.
Masih banyak yang ingin kukatakan. Masih banyak yang ingin kulakukan. Masih banyak cerita yang ingin kudengar darimu.
Tak ada jalan untukku. Tak ada cara mencegahnya. Semua hanya mimpi. Mimpi buruk.
Karena aku akan terluka saat terbangun. Luka hatiku akan semakin terkoyak.
Meninggalkan kembali ruang kosong, yang hanya cukup di isi dengan kekecewaan, kepedihan dan keputusasaan.
Aku tak akan mengerti. Begitu juga kau. Pada akhirnya tak akan ada yang mengerti. Karena aku sunguh tak ingin mengerti. Aku tak ingin terluka lebih dalam lagi.
Jika kau bukan untukku. Jika aku bukan untukmu. Tak ada yang harus kumengerti.
Apa yang harus kukatakan. Menyesal. Mengumpat dan mencaci. Mengeluh.
Tak bisa. Tidak bisa keluar sedikit pun. Aku menerima ini dengan seluruh jiwaku. Tanpa keraguan sedikit pun. Aku menyadarinya ini tak akan terjadi. Padaku.
Aku menjalani hidupku. Seperti yang harus kujalani. Menyibukkan diriku, tanpa batas.
Aku tak ingin mengingat semuanya. Aku ingin menghilangkan semuanya.
Tetap saja ada bagian diriku yang tak rela. Sejauh apapun aku melangkah. Aku akan selalu kembali ke satu titik kehidupan masa laluku. Aku tak bisa menghindar.
Jiwaku akan kembali ke saat itu. Sama seperti dulu. Menemukan ketenangan dalam masa lalu. Aku ingin merubah takdirku. Mengeluarkan semua sisi gelapku.
Aku memandang langit malam. Sendirian. Melihat bintang. Aku ingin bertemu denganmu, tapi aku tak bisa terbang ke langit. Aku tak bisa melihatmu dari bawah sini.
Kupikir semuanya tak akan pernah sama. Tak ada hal sama untuk kedua kalinya.
Broken wings
That can’t fly…
What would you do for the rest of life?
Aku selalu merasa waktuku semakin dekat lagi. Aku merasa tidak punya banyak waktu lagi. Saat kelelahan memikirkan itu aku kembali tertidur. Ini bukan mimpiku, ini seperti ilusi alam bawah sadarku. Aku sedang tidak tertidur ataupun terbangun. Tapi aku merasakannya, jelas. Hal yang paling aku sesalkan, aku harus bermimpi. Mungkin tentangmu.
Dua episode yang paling kutakutkan selama rangkaian mimpiku. Aku tak ingin hal ini terjadi. Tidak untuk saat ini. Tapi pasti terjadi.
Saat yang paling kusuka. Berjalan berdua denganmu. Bergandengan tangan, saling mendekatkan diri. Kau berjalan di sampingku. Sepertinya aku sedang berada di taman, karena ada banyak orang berjalan-jalan. Anak-anak kecil yang bermain, berlarian. Warna-warni di sekelilingku. Semuanya tampak begitu menyenangkan untuk disebut sempurna. Sempurna untuk sebuah dongeng.
Entah mengapa, aku merasakan akan ada hal buruk terjadi setelah ini. Aku menguatkan genggaman tanganku. kau menoleh padaku. Seperti biasa, tanpa bicara, hanya mengangkat alis. Kemudian tersenyum kecil.
Entahlah aku merasa gelisah sekali. Jantungku berdebar keras. Seperti akan ada hal buruk.
“ Tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku tak akan melepaskanmu”.
Kata-katamu sedikit melegakan perasaanku. Aku terdiam. Tapi..
“ Kalaupun hal yang kau takutkan itu terjadi. Aku tak akan melepaskan pegangan tanganku. Aku akan selalu bersamamu. Percayalah “.
Aku menghela napas. Kau selalu bisa menebak apa yang kupikirkan. Tak banyak bicara. Tapi selalu membuatku tenang. Aku ingin merengkuhmu dengan kedua tanganku. Selagi mungkin. Selagi aku bisa.
Entah mengapa, tiba-tiba aku berhenti. Aku berputar ke arahmu. Aku ingin memelukmu. Seperti aku tahu ini adalah yang terakhir kalinya. Seperti tak akan pernah terjadi setelah ini. Seperti tak akan pernah tersampaikan sesudah ini.
Aku memelukmu. Aku tak peduli tentang hal lain. Aku hanya ingin memelukmu. Sekuat tenagaku. Segenap perasaanku. Kumohon, jangan terjadi apa-apa. Kumohon tetaplah seperti ini. Kumohon, aku tak ingin hal-hal aneh itu terjadi.
Sedetik kemudian keadaan berubah. Aku seperti terlempar ke dunia lain. Aku bilang jangan lepaskan tanganmu.
Lalu tiba-tiba aku seperti berada di keramaian orang banyak. Banyak sekali orang yang berjalan melaluiku. Melewatiku. Mendorongku kebelakang.
Tiba-tiba saja pegangan tanganku terlepas. Tidak. Bagaimana ini. Makin banyak saja orang yang berjalan menghalangiku untuk meraih tanganmu.
Kau mengulurkan tangan sambil berusaha menerobos barisan orang-orang itu. Aku tak bisa meraihnya. Aku merasa aku semakin terdorong ke belakang. Kau terlihat semakin jauh dariku.
Aku tak bisa meraih tanganmu. Aku terjatuh.
Apa ini. Inikah yang kukhawatirkan. Aku kehilanganmu.
Aku berlari mencarimu. Kau di mana. Aku terus berlari, berputar-putar. Memanggil namamu. Berulang kali. Sampai suaraku habis. Aku ingin menemukanmu.
Aku bilang jangan lepaskan tanganku. Karena jika hal itu terjadi, aku tahu, pegangan tangan itu tak akan tersambung lagi. Aku tak tahu apa hanya aku yang berpikir seperti ini. Apa aku yang terlalu mengada-ada. Tidak. Ini tidak mungkin benar.
Kau bilang kau tak akan melepaskanku. Aku percaya padamu. Sekarang bukan hanya terlepas, tapi kau pun menghilang.
Kau tak akan meninggalkanku. Aku percaya semua kata-katamu.
Aku benar-benar tak bisa menemukanmu. Putus asa. Menangis. Lelah.
Sedetik kemudian aku tersadar. Aku mendapati diriku sedang menangis. Bodoh.
Aku tak ingin kehilangan dirimu. Meskipun dalam mimpiku. Karena aku benar-benar akan kehilanganm dalam dua duniaku.
Tanpa akhir. Cerita ini akan berjalan tanpa akhir. Seperti dongeng anak-anak.
Tapi tidak dengan akhir yang bahagia. Karena aku tak pernah tahu akhirnya. Aku tidak bisa menentukan akhirnya. Aku tak pernah mau tahu akhirnya.
Harapanku. Ini akan berhenti. Berhenti menyakitiku.
Tak akan ada hal besar yang terjadi. Sekalipun aku menginginkannya. Sekalipun aku tidak menginginkannya juga.
Hari demi hari berlalu dengan perubahan. Sekalipun terlihat sederhana aku tak bisa menyampaikannya. Kata-kata yang ingin kuucapkan selalu kumasukan kembali ke dalam jiwaku.
Kupikir ini bukan saat yang tepat. Tidak ada saat yang tepat.
Bagaimana mengatakannya. Bagaimana agar semua ini hilang. Aku ingin berhenti dari kegilaan ini. Dan berjalan seolah tak terjadi apa-apa.
Semua terulang seperti pertama kali aku melihatmu, aku mengingatnya dengan baik sampai saat ini. Semua kejadian itu tersimpan dengan baik dalam diriku, tanpa ada yang terlewat sedikitpun.
Aku tidak tahu apa yang menarik darimu. Tanpa ada hal lain di belakangnya. Aku pun tak tahu kenapa aku menyukaimu.
Gaya berpakaianmu saja aku tak bisa bilang bagus. Caramu berjalan pun tidak juga. Model rambutmu saja aku tak pernah suka. Dan aku juga tak suka melihat cara makanmu. Suaramu juga jelek saat bernyanyi.
Mungkin yang kusukai adalah jiwa atau hatimu…atau mungkin caramu berbicara padaku? Pokoknya aku tidak tahu mengapa aku menyukaimu.
Aku memang suka kalau mendengarmu memanggil namaku. Aku suka melihat caramu tersenyum. simpel dan tidak ada kebohongan. Aku juga suka berdebar-debar kalau berada dekat denganmu.
Aku pikir kau begitu sederhana untuk ukuran seorang manusia. Tidak ada hal-hal yang istimewa padamu.
Tapi ada sesuatu di dirimu yang tak bisa kutemukan pada diriku. Sesuatu yang membuatku merasa lengkap. Entahlah, apa yang kulihat darimu. Tapi tetap saja aku menyukaimu.
Aku suka saat kau melihatku. Atau saat kau tersenyum malu. Apa semua itu cukup untuk sebuah alasan untukku menyukaimu. Hal-hal yang sesederhana itukah? Kurasa tidak.
Aku suka melihatmu tertawa. Ketika kau berusaha menghiburku. Ketika kau mencoba untuk membuatku tersenyum. Ketika kau mencoba membuatku tertawa. Itu pun tidak cukup.
Aku pun tidak begitu menyukai beberapa sifatmu. Yang menurutku sangat menyebalkan. Lebih baik kalau kau merubahnya.
Kau juga keras kepala dan pemberontak. Sebenarnya itu pun sifatku. Tapi karena itulah aku tidak bisa menerimanya. Terkadang kau suka bertindak seenaknya. Tanpa memikirkan orang lain di sekelilingmu, yang mungkin saja tidak menyukainya.
Kau ini. Benar-benar tidak bisa di pikirkan dengan akal sehat. Seperti bom waktu yang siap meledak.
Kau tahu. Sifatmu yang seperti itu bisa mendatangkan masalah. Dan aku tidak bisa berbuat apapun untuk mencegahnya. Biar saja. Kau yang cari masalah.
Aku takut saat melihatmu marah. Kau terlihat sangat menyeramkan.
Tetap saja aku menyukaimu. Tak ada alasan khusus.
Kau sangat menyebalkan. Kau dan aku sebenarnya mempunyai banyak persamaan. Menyukai hal-hal yang sama. Tapi mengapa kita selalu berbeda pendapat. Aku tak mengerti, terkadang aku benar-benar tak bisa mengerti jalan pikiranmu. Yang kukira tak masuk akal.
Pada akhirnya aku diam. Dan kau pun terdiam. Terkadang selalu berakhir seperti itu.
Tapi seperti yang kukatakan. Aku menemukan sesuatu di dalam dirimu. Sesuatu yang unik dalam dirimu. Sangat spesial. Entah apa ’sesuatu’ itu.
Aku selalu menikmati saat bersamamu. Karena kau tak pernah tahu kapan semuanya akan berakhir. Sebisa mungkin aku ingin berada dekat denganmu.
Aku suka saat melihatmu khawatir karena aku. Kau terlihat lucu. Seperti bukan kau yang biasanya.
Waktu itu aku sedang sakit. Entah ada apa. Lalu sedetik kemudian aku jatuh ke tanah. Rasanya pusing sekali. Sekelilingku berputar dan terlihat buram. Aku mendengar teman-temanku memanggil-manggil namaku.
Lalu aku merasa seperti sedang terbang. Kau sedang menggendongku. Merebahkanku. Meletakkan bantal di bawah kepalaku. Lalu membuatkanku minuman hangat.
Kau memanggil namaku. Menanyakan keadaanku. Wajahmu lucu sekali.
Aku tidak berkata sepatah kata pun. Aku hanya bisa tersenyum.
Rasanya aku ingin tertawa saat itu. Tapi aku tak tega. Kau terlihat sangat cemas.
Kau terus berada di sampingku. Sesekali menanyakan keadaanku. Dan aku bilang, aku baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan.
Lalu kau menyuruhku beristirahat dan mencoba untuk tidur. Kupikir kau akan pergi saat aku tertidur. Tapi kau selalu di sisiku. Menemaniku. Tidak pergi kemana pun.
Tidak ada yang lebih dari itu. Perhatian biasa. Tak ada yang istimewa.
Itu pun bukan alasan yang cukup untuk menyukaimu.
Aku suka melihat wajahmu saat sedang mencariku. Karena aku kecil, jadi aku susah terlihat di tengah kerumunan orang banyak.
Biasanya aku yang selalu melihatmu lebih dahulu. Karena kau tinggi sekali. Dan biasanya aku akan memanggil namamu. Lalu kau menoleh dan menghampiriku.
Terkadang kau bisa bersikap sangat manis dan membuatku merasa sedang di lindungi. Bukan karena kau menganggapku lemah. Tapi karena saat itu memang aku tak bisa berbuat apapun.
Kau sangat spesial untukku. Tapi bagian mana aku tak tahu. Sepertinya kau tak jauh berbeda dengan yang lain. Bahkan ada yang jauh melebihi dirimu. Dalam segala hal mungkin.
Mungkin karena itu. Karena kau tidak sempurna seperti yang kuinginkan. Karena kau mempunyai banyak kekurangan dari semua yang kuinginkan.
Kau bisa bersikap apa adanya. Mengimbangiku yang selalu ingin lebih. Terkadang kau bertingkah konyol. Seperti anak kecil.
Terkadang kau seperti ayahku. Sabar dan penuh pengertian. Seseorang yang selalu membuatku tenang dan merasa terlindungi.
Tapi kau juga bisa seperti ibuku. Terkadang terlalu khawatir dan selalu saja bersikap seolah aku masih anak-anak. Karena aku adalah orang yang kau sayangi maka hal itu wajar. Itu yang selalu kau katakan.
Kau juga terkadang seperti kakakku. Teman yang menyenangkan. Walaupun terkadang menyebalkan.
Kau mempunyai figur orang-orang yang paling kusayangi di dunia ini. Karena itu aku merasa nyaman dan tenang denganmu.
Kau itu. Jarang tersenyum. Terkadang orang lain takut melihatmu. Dan mengatakan kalau kau ini angkuh dan sombong. Aku hanya bisa tertawa mendengarnya. Apa hanya aku yang tahu kalau kau punya senyum yang bagus.
Tapi. Kau itu memang punya senyum yang bagus. Aku tak menyangkalnya.
Entahlah. Aku selalu merasa aman kalau kau ada dekatku. Tapi aku terkadang khawatir dan ragu.
Kau itu, terkadang terlalu baik. Aku takut ada seseorang yang melihatmu seperti aku melihatmu.
Aku ingin percaya padamu. Melebihi apapun yang dapat kupercayai. Tapi aku tak percaya pada diriku. Aku ingin bersamamu melebihi apapun di dunia ini.
Demi waktu. Aku ingin kau menghilang dari hidupku. Kenyataan tak akan pernah sama setelah hari itu. Kenyataan tak akan pernah kembali setelah hari itu.
Aku tahu. Ini terdengar gila dan tak masuk akal. Aku tak peduli. Bagiku, asalkan kau percaya padaku. Itu sudah cukup.
Kau bukan segalanya bagiku. Dan aku pun masih bisa hidup tanpamu. Hanya saja ada bagian yang kosong. Tak lengkap.
Aku masih ingin melihatmu lebih lama lagi. Masih ingin mendengar suaramu lebih lama lagi. Masih banyak yang belum kuketahui tentangmu.
Bukan untukku. Bukan demiku. Tapi untuk meneruskan kehidupanku.
Karena aku tidak bisa mengerti apapun tentang kenyataan ini. Tentang kau dan aku. Tentang cerita yang pernah terjadi. Tentang waktu yang kubagi denganmu. Tentang masa laluku.
Aku pernah bersamamu. Dan aku pernah berbagi denganmu. Tidak banyak. Dan tidak sedikit. Tapi cukup.
Entahlah. Apa yang akan terjadi padaku, bila saat itu aku menemukan orang lain. Bukan dirimu. Mungkin jalan cerita ini akan berbeda sama sekali.
Tak bisa. Aku tak bisa melupakanmu. Segalanya yang membuatku selalu teringat padamu. Selalu hal-hal yang tidak mengenakkan.
Aku menyukaimu. Tak ada alasan khusus. Dengan segala yang ada pada dirimu. Semua yang pernah kau tunjukkan padaku.
Seandainya aku punya lebih banyak waktu denganmu. Seandainya jalan cerita tak seperti ini. Apa kau akan mengerti.
Percuma saja. Meskipun aku bermimpi. Aku tak akan pernah menjadi orang yang akan menemanimu. Sepanjang sisa hidupmu. Itu bukan aku. Dan tak akan pernah menjadi aku.
Tapi aku tak bisa menerimanya. Tidak untuk saat ini.
Aku membayangkan. Bagaimana nanti jika kita bertemu pada satu waktu. Apa yang akan terjadi. Apakah akan terjadi hal buruk atau hal yang baik?
Bagaimana jika ada seseorang yang lain dalam hidupmu. Dan itu bukan aku. Apa yang akan kulakukan. Aku tak bisa. Tak akan bisa.
Aku takut. Takut sekali. Jika semua yang kubayangkan menjadi kenyataan. Tidak akan ada lagi aku, kau, kita. Tapi aku tak bisa melihatmu dalam masa depanku. Sepertinya kau bukan orang yang ada dalam masa depanku. Seberapa pun aku ingin.
I wanna be a sky
Wanna be brightly sky..smiling so gentle
Seems so pure and honestly.
Rasanya seperti telah berjalan jauh saja. Lelah sekali. Aku ingin beristirahat sejenak. Saat itu aku berpikir. Apa mungkin ini kuteruskan. Tanpa ada kepastian kapan akan berakhir. Aku tak tahu bagaimana mengakhirinya.
Seperti beban yang harus kubawa seumur hidupku. Seperti dosa yang yang harus kutanggung selamanya.
Menjauhlah. Karena itu mungkin membuatku lebih baik. Tak ada kata mungkin saat ini.
Aku ingin berjalan di jalan yang kupilih.Tanpa keraguan sedikit pun. Tanpa menoleh ke belakang.
Aku sering berpikir. Apa tak ada kesempatan itu. Tak ada kesempatan untukku, untuk kau bersamaku. Apa itu hal yang sangat mustahil. Sekali saja. Apa tak boleh.
Jika memang benar seperti itu. Lalu apa yang kulakukan. Semuanya tampak sama saja. Tak ada hasil. Tak ada jalan.
Sebenarnya apa ini. Apa artinya semua ini. Menyedihkan dan meyebalkan.
Sepertinya tidak ada cara lain. Aku tidak bisa berusaha lebih. Aku tidak bisa melihat jalan untukku meraihmu. Aku tidak bisa melihat jalan untukku menemukanmu. Aku benar-benar tidak bisa melihatnya.
Tak ada yang bisa kutanyai. Aku tersesat dalam kebingunganku sendiri. Rahasia yang semakin rumit. Mendadak semua ini seperti cermin yang hancur berkeping-keping. Setiap bagiannya menjadi begitu menyakitkan untuk disatukan.
Kenyataan yang terlihat olehku bukan kau. Seperti angin yang terus berlalu. Tidak akan dapat kugenggam. Aku tidak akan menerimanya. Apa tak bisa memulainya dari awal.
Sebenarnya aku masih punya sedikit harapan tentang hari esok. Tapi selalu saja terhempas. Aku masih mengharap ada sedikit keajaiban.
Untuk terakhir kalinya. Aku masih ingin bertemu denganmu. Meskipun sekilas lalu. Aku masih ingin melihatmu. Lebih dari apapun.
Karena aku punya firasat. Aku tak akan bertemu denganmu lagi. Untuk waktu yang sangat lama.
Tak ada kata yang masih dapat kuucapkan. Aku hanya ingin meringankan perasaanku yang tertekan. Apa yang harus kukatakan. Sudah tak ada lagi yang dapat kukatakan.
Karena rasanya berat sekali untuk menahannya lebih lama lagi. Aku ingin melepas semuanya. Jauh dan tak terjangkau lagi.
Kupikir semua ini sia-sia saja. Tak ada jalan. Semua yang telah kumulai harus berakhir. Tanpa sisa sama sekali. Tanpa goresan sama sekali.
I’m still miss you. No words behind.
Aku ingin percaya padamu. Tapi aku tak bisa. Tidak ada lagi yang bisa kupercaya. Tentang nasib. Tentang takdir. Tentang permainan ini.
Ini bukan sesuatu yang kupikir mudah. Kalau saja aku bisa menyalahkan takdir. Kalau saja aku bisa menyalahkan waktu.
Aku hanya tak ingin kecewa lebih dalam lagi. Rasanya sudah cukup untukku menderita.
Selalu ada hal yang tak bisa kukatakan dengan jelas. Aku selalu menyimpannya dalam hati. Tanpa peduli kau ingin dengar atau tidak.
Aku ingin bersamamu. Menghabiskan semua sisa hidupku bersamamu. Kalau aku memintamu seperti itu. Apa kau mau menerimanya. Atau mengatakan sebaliknya. Apa permintaanku terlalu berat. Aku tak ingin hal apapun di dunia ini selain kau.
Aku memintamu untuk diriku. Aku memintamu pada Tuhanku untukku.
Kau dan aku. Tak akan pernah ada cerita tentang kau dan aku. Tidak untuk kedua kalinya. Tidak pernah mengerti arti semua ini.
Pada akhirnya aku tidak mengerti. Pada akhirnya kau pun tidak akan mengerti. Tidak seorang pun.
Aku ingin mencoba mencari sesuatu yang dapat melegakan jiwaku. Sesuatu yang membuatku merasa seperti baru. Menjadi seseorang yang lebih baik.
Tidak ada. Aku tidak bisa melihat jalan lagi. Semua pintu seperti tertutup untukku. Kesempatan itu tidak akan datang lagi padaku. Meskipun aku sangat mengharapkannya.
Tak ada tanda sedikit pun. Semua mengarahkanku pada kebuntuan.
Jika pintu itu terlihat pasti akan kudobrak sekuat tenaga. Jika celah itu terbuk sedikit saja, pasti akan kuhancurkan sisanya.
Apa sebaiknya aku menyerah saja. Melupakan semua yang pernah terjadi. Padaku. Padamu. Masa laluku. Seperti tidak terjadi apa-apa. Karena aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Kau berada di dekatku. Tepat depan mataku. Tapi, aku tak bisa memanggil namamu. Suaraku tak bisa keluar. Pada akhirnya aku hanya terdiam dan memandangmu dari kejauhan. Memperhatikan dirimu.
Seandainya, hari itu aku mencobanya. Aku menyesal.
I want you in my life.
Here. Beside me. Never go away. Just stay next to me.
I wish for you…
Aku ingin menyayangimu sepenuh hatiku. Aku ingin memelukmu sekuat tenagaku. Segenap kekuatanku. Aku tak ingin ada seorang pun mengambilmu dariku.
Aku ingin kau menjadi milikku satu-satunya. Dan milikmu satu-satunya.
Aku ingin berjalan bersamamu.
Aku hanya ingin dirimu yang menyentuhku. Menggenggam tanganku. Membelai rambutku. Mengusap pipiku. Menciumku.
Bukan orang lain. Tidak akan pernah. Aku tak ingin siapapun kecuali kau. Hanya kau.
Hadiah terbaik dari Tuhanku yang pernah kuterima. Seseorang yang pernah diberikan takdir untukku.
Aku ingin mengumpulkan pecahan mimpiku bersamamu. Mencari setiap kepingan masa depan yang digariskan untukku.
Aku ingin menunggumu di rumah saat kau pulang. Aku ingin ada di sampingmu saat kau tertidur. Aku ingin melewati seluruh takdirku denganmu.
Aku ingin bermimpi bersamamu. Aku ingin jatuh bersamamu. Aku ingin melewati semua waktu bersamamu.
Aku ingin selalu jujur padamu. Aku ingin bersikap seperti aku seutuhnya. Tanpa perlu memakai topeng di hadapanmu.
Aku ingin kau mengenalku sepenuhnya. Sedalam yang kuberi. Aku ingin membuka jiwaku untukmu. Karena aku tak pernah bisa melakukannya dengan orang lain.
Ingin kumiliki tanpa terbagi. Tanpa terbagi dengan yang lain. Aku ingin membawamu masuk ke duniaku. Aku ingin masuk ke dalam duniamu.
Membawamu mengetahui diriku. Menjadi salah satu dari tiga hal terpenting bagi diriku. Aku ingin sekali lagi mencobanya.
Aku ingin mengetahui semuanya tentang dirimu. Segala hal yang belum kuketahui.
Padahal masih banyak yang ingin kukatakan padamu. Masih banyak yang ingin kulakukan untukmu.
Aku mencoba menjadi seseorang yang berarti untukmu. Tanpa batas.
Kau orang yang ingin kulindungi sepenuh jiwaku. Seluruh hidupku. Kau orang yang ingin kujaga dengan taruhan nyawaku.
Tempatku berpulang. Menjadi rumah keduaku. Menjadi segalanya yang kubutuhkan.
Aku selalu mendapatkan apapun yang kuinginkan. Kecuali dirimu. Aku tak bisa berbuat apapun untuk mempertahankanmu.
Tidak yang lain. Tidak ada yang lain. Hanya kau.
Aku pertaruhkan semua yang ada. Aku ingin percaya padamu. Aku ingin membagi setengah hidupku untukmu.
If only I can fly. I will follow you. Anywhere you want me to.
But there’s nothing to say since the day we left
I just stand with all the regrets
I wanna love you. Being so purely. Being so honestly. Being so truly. And being so gently.
For careless whispers. Everything seems so grey.
Can’t say any words. For healing the pain. Nothing can do.
I thought you’re the one for me. I thought I finally found someone. Someone, only for me.
Tiredly. Hopeless. Careless. Loveless.
Hopeless…a private secret
Hentikan. Aku tak akan berusaha lebih jauh lagi. Aku akan berhenti sampai di sini. Aku tak bisa melangkah lebih jauh lagi. Aku tak bisa mengejarmu lebih jauh lagi.
Alu ingin keluar dari kegilaan ini. Aku tak bisa berbuat apapun. Aku tak bisa berjanji untuk memenuhi sumpahku padamu. Jadi percuma saja aku masih berdiri di sini. Percuma saja aku masih berdiam di sini menunggumu.
Bila semua yang kuharapkan tak akan pernah menjadi kenyataan, aku tak akan berharap untuk kesekian kalinya. Aku akan menyerahkannya pada takdirku. Takdir yang akan membawaku nanti.
Ini bukan jalan yang akan kulalui denganmu. Sejauh manapun aku menghindar, sekuat apapun aku menyangkal. Tetap saja tak akan mengubah hasil. Dan itu tidak akan pernah berubah. Tidak pernah.
Aku akan melepasmu. Aku cukup sampai di sini.
Aku akan selalu terluka karena dirimu. Aku akan selalu menangis karena menyukaimu. Aku akan selalu menderita untuk menyukaimu.
Aku tidak bisa berharap banyak pada takdir. Pada nasibku. Tidak untukkmu. Tidak untukku. Tak akan ada cerita tentang kita bersama di dunia ini.
Sekarang aku takut. Aku takut kau pergi. Semakin hari semakin nyata.
Hari demi hari berganti. Waktu terus berjalan. Tanpa sadar waktu menciptakan jarak yang begitu jauh antara kau dan aku.
Semua berjalan tanpa persetujuanku. Bukan seperti yang kuinginkan.
Perlahan tapi pasti aku melihatmu semakin jauh dari pandanganku. Sama seperti mimpiku. Aku akan kehilangan dirimu.
Aku tak bisa meraih tanganmu. Aku tak bisa mendengar suaramu. Dan aku akan terbangun dari mimpiku.
Dihadapkan pada kenyataan. Kenyataan yang selalu aku hindari. Kenyataan yang selalu aku sangkal. Kenyataan yang aku tak ingin tahu sama sekali.
Karena aku tahu apa yang akan dikatakan takdir padaku. Karena itu aku menutup semua inderaku. Aku tak ingin tahu apapun. Aku tak peduli.
Aku takut untuk mendengarnya. Untuk mengetahuinya.
Jika kau bukan untukku. Jika aku bukan untukkmu. Jika tak ada cerita antara aku dan kau. Jika tak ada kau di masa depanku.
Ketakutan itu yang terus menghantuiku. Kenyataan yang ingin kumusnahkan. Aku tak ingin mendengarnya.
Hanya dengan menyadarinya saja bisa membuatku jatuh. Aku benar-benar tidak mengerti. Satu hal aku tak mau belajar. Aku tak pernah belajar bagaimana untuk kehilangan. Seperti neraka.
Tapi aku tak bisa memaksakan kehendakku. Semakin hari luka jiwaku semakin terkoyak untuk menyadarinya.
Aku tak bisa terima dengan cara apapun. Tetap saja sulit untuk kuterima.
Sebisa mungkin aku menyadarinya. Tetap saja tak akan pernah sama.
Ribuan pertanyaan memenuhi pikiranku. Jiwaku. Pertanyaan yang selalu sama. Pertanyaan yang tak bisa kutemukan jawabannya.
Pertanyaan bodoh. Semua kalimat yang diawali dengan kata mengapa. Why..why and why..??!!
Saat ini kau dan aku. Berdiri saling membelakangi. Membiarkan orang berjalan melewati ruang antara kita. Datang dan pergi. Pada akhirnya akan ada seseorang yang tinggal di garis batas itu.
Dan itu bukan aku. Orang itu bukan aku. Dan mungkin tidak akan pernah menjadi aku.
Dan mungkin saja hal yang sama terjadi padaku. Akan ada seseorang yang berjalan bersamaku.
Tapi itu bukan kau. Tidak pernah menjadi kau.
Mungkin saat itu tiba. Mungkin saja perasaanku tidak seperti saat ini. Kau dan aku bisa menerimanya.
Tapi kumohon. Tidak untuk saat ini. Aku belum bisa melihatnya. Tidak saat ini.
Aku tak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Aku hanya ingin melihat matahari. Terlepas dari semua beban yang menindihku.
Aku ingin bersamamu. Tak akan ada keajaiban untukku saat ini. Aku harus melihat pada kenyataan. Kenyataan yang sudah begitu lama ada di hadapanku. Tapi aku tak pernah mau melihatnya. Aku selalu menghindar dari kenyataan itu. Aku tak ingin tahu apa yang akan kulihat nanti.
Ketakutanku. Kekhawatiranku. Akan terjadi dengan jelas sekarang. Semuanya akan menjadi hampa dan kosong sama seperti dulu. Sesaat sebelum aku meletakkanmu dalam hidupku.
Aku tak bisa memintamu untuk kehidupanku. Aku tak bisa memintamu untuk mengisi sebagian ruang kosong dalam jiwaku. Aku tak bisa memintamu untuk menemani seluruh sisa perjalanan hidupku.
Meskipun aku ingin. Itu tak mungkin.
Aku masih ingin merubah cerita ini. Sampai suatu saat aku akan melarikan diri darimu. Aku tak ingin berada dekat denganmu. Aku tak ingin mengenalmu. Aku tak mau tahu apapun tentangmu.
Ceritaku. Akan berakhir di sini. Tidak akan ada cerita lain setelahnya.
If it’s not about you..if it’s not about me. I’ll never hoping anymore
It can’t be you. It’s never be you.
You are just not the one for me after all…
Aku mengambil semua yang pernah kutinggalkan padamu. Semua yang kupikir indah. Semua hal yang mengingatkanku padamu.
Aku senang dengan semua caramu mengubahku. Menjadi seseorang yang lebih baik. Membuatku tersenyum ketika kau mengatakan kau senang saat menemukanku. Aku berharap saat di mana aku menemukanmu aku ingin tahu apa persaanku sama denganmu.
Menutup mataku. Seolah tak ada apapun dihadapanku. Aku sungguh ingin melupakannya. Melupakan semua keinginanku. Khayalanku. Mimpiku. Bersamamu.
Aku ingin bersamamu dengan cara yang tak bisa kubayangkan.
Aku tak akan bertanya lagi. Tentang semua hal yang masih mengganjal di hatiku. Tentang semua hal yang membuatku tak bisa bersamamu. Tentang semua yang telah terjadi.
Tentang mengapa kau tak bisa mengerti diriku. Tentang mengapa aku tak pernah bisa memahamimu.
Aku akan meletakkan semuanya seperti awal. Mencoba untuk tertawa. Sekali saja.
Kalau boleh aku meminta. Aku tak ingin seperti ini. Bukan ini yang kuiginkan. Bukan ini yang kuharapkan.
Kalau aku menutup mata. Semua akan terbayang dengan jelas. Setiap detiknya. Aku masih bisa menemuimu lewat cara ini. Antara kita. Tidak pernah terjadi sesuatu.
Tak ada lagi semua kenangan yang kusimpan. Tak akan pernah kembali.
Terakhir. Aku ingin mengucapkan kata-kata ini padamu. Yang tak pernah bisa kusampaikan dalam mimpi sekalipun.
Nothing is to be the way, that you used to. Everything just seem so blind
give me the truth. In me, and tell me somebody watching. Over me..
Don’t you run too fast my dear, why don’t you stop. Stop and listen on your soul. What is it said. In you, I see somebody watching. One moment, will be one trutht, one moment I’ll looking at you.
Aku akan mengembalikanmu ke tempat semula. Saat kita masih berjalan sendiri-sendiri. Saat semuanya belum tercampur baur seperti ini. Saat semuanya masih bersih dan terjalin rapi.
Saat semua harapanku tak ada. Saat semua keinginanku tak pernah ada.
Semua hal yang kau lakukan untukku. Semua hal yang kau katakan. Semua hal yang menjadi alasan. Semua hal yang menjadi beban.
Aku akan melepasnya untukmu. Tidak ada perjanjian sebelumnya. Dan tidak ada yang harus dibayar setelah ini.
Aku tak ingin menangis. Aku tak ingin menangis untukmu.
Aku hanya ingin melegakan perasaanku. Aku hanya ingin memulai hidup baru. Tanpamu. Seumur hidupku.
Aku hanya ingin mengatakannya padamu. Aku tak tahu kapan kau akan mengetahuinya. Aku tak berharap kau mengetahuinya. Bagiku itu sama saja. Tak akan mengubah hasil.
Setidaknya aku mencobanya. Rahasia jiwaku.
Untuk sebuah nama yang tak akan kulepaskan seumur hidupku...
Aku menyukaimu. Aku tak tahu alasannya mengapa aku menyukaimu. Kau melakukan banyak hal yang kusukai. Kau melakukan banyak hal yang membuatku tersenyum. aku berharap bisa menjelaskan alasannya.
Kau adalah orang yang paling kusukai di dunia ini. Kau orang yang paling ingin kulihat di saat-saat terakhir hidupku. Kau orang yang ingin kubagi segalanya di dunia ini. Kau orang yang kuingin menemaniku selama sisa perjalananku. Hanya kau yang tak akan kulepaskan.
Hanya kau yang boleh menyakiti hatiku. Hanya kau yang boleh membuatku menangis. Hanya kau yang boleh membuatku terluka.
Aku ingin memelukmu. Aku ingin menyayangimu sepenuh hatiku. Aku ingin merengkuhmu dalam genggaman tanganku. Aku ingin selalu memastikan kau baik-baik saja.
Aku ingin dirimu untukku. Sepenuhnya untukku. Aku ingin bersamamu. Selamanya.
Seandainya aku bisa mengubah kenyataan yang ada di depan mataku. Seandainya aku punya kekuatan melebihi sekarang. Aku ingin menarikmu saat ini juga.
Aku membutuhkanmu. Dalam hidupku. Dalam setiap detik debaran jantungku.
Aku tak bisa berbohong padamu. Dalam hal apapun. Terlebih dengan perasaanku. Kalaupun aku berbohong, aku hanya ingin memastikan itu tidak menyakitimu. Tapi kebohongan tetap saja sebuah kebohongan, apapun niat di belakangnya.
Aku menyayangimu dengan sepenuh hatiku. Aku tahu ini tidak masuk akal ataupun logika. Tetap saja semua ini sulit untuk dikatakan.
Jika takdirku mengarah kepadamu. Aku akan tetap menunggumu. Entah sampai berapa kali dilahirkan pun aku akan tetap menunggu.
Kau orang yang paling kusayangi. Tapi juga orang yang paling ingin kulupakan dalam hidupku. Karena kau menyakiti hatiku sampai begini sakitnya.
Aku hidup di tanah yang sama denganmu. Menghirup udara yang sama denganmu. Mengetahui keadaanmu baik-baik saja, itu sudah cukup untukku.
Suatu saat nanti aku ingin mengetahuinya. Tentang semua ini. Tentang jawaban yang selalu kutunggu. Tentang mimpiku.
Kata-kata yang kusimpan. Semua kata-kata yang tak tersampaikan jiwaku. Tak tersampaikan jiwaku padamu.
Semua hal yang membuatku melepasmu. Semua hal yang membuatku putus asa. Aku akan meletakkannya kembali seperti semula. Semua harapan yang kulepas. Semua mimpi yang kubiarkan menguap.
Alasan mengapa aku meninggalkanmu. Alasan yang cukup untuk membuatku mengerti. Ini tak akan mungkin kuteruskan. Kalaupun kuteruskan, akan semakin banyak darah yang mengalir. Akan semakin dalam luka yang kudapat.
Semakin aku tak menerimanya, semakin aku tertusuk. Aku bertaruh jiwaku untukmu. Memegang perasaan yang seperti pedang ini. Menahannya sekuat tenaga. Membiarkan tanganku terluka. Tidak. Bukan ini yang kumau.
Kekosongan yang ada dalam jiwaku. Semua kepedihan yang kurasakan. Sampai saatnya tiba. Aku akan menyerahkan semua ini padamu.
Aku berharap kau satu-satunya bagiku. Orang yang ditakdirkan bersamaku. Bila kenyataan berbicara lain. Aku tetap ingin memperjuangkanmu. Seumur hidupku. Bila kau memang untukku.
Aku hanya ingin bersamamu. Karena kau orang yang berharga untukku. Karena itu aku ingin menjagamu. Melindungimu
Aku tak tahu apa kau pernah merasakan suatu hal tentangku. Kumohon, jangan berbohong pada dirimu sendiri. Sekali ini jujurlah padaku. Meskipun lebih baik kalau kau berbohong untukku saat ini.
Kalau memang sesuatu hal itu ada, apa aku boleh menanyakannya sekarang.
Mengapa kau begitu baik padaku, kau melakukan sesuatu yang membuatku selalu tersenyum. Kau selalu bersikap seolah aku adalah seseorang yang paling kau perhatikan.
Apa semua hal di masa lalu itu sesuatu yang berarti bagimu. Lalu bagaimana dengan sekarang? Apa masih tersisa? Apa masih ada ingatanmu tentangku? Apa yang kau ingat tentangku?
Ini sudah lama sekali. Ini hampir tahun keenam sejak saat itu. Semakin jauh aku meninggalkanmu. Dan semakin aku tak bisa menemukan jalan untuk kembali padamu.
Aku tak tahu harus memulai dari mana. Semua jalan tidak memberikan pilihan yang baik.
Aku menyayangimu sepenuh jiwaku. Tapi aku lebih tak suka kalau memaksakan takdir. Kita mempunyai jalan yang berbeda. Kurasa sudah saatnya untuk memilih. Dan pilihanku bukan dirimu. Pilihanmu bukan aku.
Aku hanya berharap sekali lagi pada takdir. Kalau memang keajaiban masih ada. Kita akan bertemu sekali lagi. Entah itu dalam mimpi atau dalam kenyataan.
Kalau kau memang orang yang terhubung dengan benang merahku. Maka kita akan bertemu lagi. Tapi jika tidak. Ini akan jadi yang terakhir kalinya.
Kita tak akan bertemu lagi. Aku akan melupakanmu. Aku sungguh berharap bisa melupakanmu. Secepatnya. Dan begitu juga sebaliknya.
Aku hanya ingin mengatakan padamu tentang perasaanku.
Aku menyukaimu. Aku ingin dirimu. Berapa kali pun harus kuulang, jawabannya tetap sama. Aku tak punya jawaban lain.
Andai saja aku bisa berjalan di jalan yang sama denganmu. Tapi aku tak bisa. Hal-hal yang membuatku tak bisa itu, hal-hal yang selalu tak dapat kujelaskan dengan baik.
Aku bukan seorang yang sempurna baik fisik maupun jiwa. Tap aku hanya ingin berusaha menjadi yang terbaik dari yang bisa kuberikan. Aku tak ingin menjadi sempurna untukkmu. Karena aku ngin kau melihatku dengan segala kekurangan yang ada pada diriku. Karena aku ingin kau melihatku dengan diriku seutuhnya.
Tapi aku tak suka memaksa. Aku merelakanmu. Bukan untukmu. Tapi untukku.
Ini bukan tentangmu. Ini tentang aku. Tentang bagaimana aku memandangmu.
Aku belum mencintaimu. Aku hanya masih menyukaimu.
Aku berharap pada dunia untuk memberimu kebahagiaan. Menjagamu. Melindungimu.
Memberikan yang terbaik dari yang bisa kuberikan padamu. Memberikan semua kebahagiaan yang belum sempat kuberikan padamu.
Aku tak punya pilihan. Aku juga tak bisa kembali. Memutar waktu. Menghentikan waktu. Ini sudah terjadi.
Ini sudah berakhir. Di batas kemampuanku. Aku tak bisa melangkah lebih jauh. Mungkin saja akan ada seseorang yang mengantikan tempatku. Memahamimu. Mengerti dirimu.
Aku ingin mengatakan pada angin yang berhembus. Untuk kesekian kalinya. Di setiap pertemuan kita. Untuk hujan yang terus turun di jiwaku.
Kumohon kalau kau mempunyai keinginan untuk kembali, sedikit saja. Beritahu aku. Aku akan berlari menjemputmu. Kalau waktu itu kau berlari untukku, maka aku yang akan berlari untukmu sekarang.
Suatu saat, perasaan ini akan tersampaikan. Di saat semuanya berjalan tak sesuai keinginan. Aku hanya berharap aku bisa menerimanya. Suatu saat aku berharap aku bisa memandangmu apa adanya.
Aku ingin mengatakannya. Dunia ini begitu indah, meskipun tidak dengan dirimu di sampingku.. Begitu berwarna. Banyak tempat yang ingin kudatangi. Banyak hal yang ingin kuketahui. Masih banyak hal yang ingin kulakukan. Melihat berbagai macam peristiwa.
Aku menyayangimu. Tapi aku juga ingin tahu bagaimana kau ingin di sayangi, diperlakukan olehku. Bagaimana aku harus bersikap sebaiknya. Karena aku ingin melakukannya untukmu.
Melihat pelangi. Menunggu hujan reda. Menghirup udara. Mengumpulkan keping-keping terakhir mimpiku. Karena kau sebagian mimpiku. Menjadi seseorang yang lebih baik. Membukakan pintu surga untukku. Membawaku ke dalamnya. Membawaku ke kebahagiaan abadi yang tak ternilai harganya.
Berada bersama Tuhanku. Dengan segala limpahan berkah dan kesucian. Aku ingin kau menuntunku ke jalan itu.
Aku ingin melakukan itu semua denganmu. Aku ingin dirimu bersamaku. Melewati semua hal di dunia ini. Aku ingin selalu tersenyum untukmu.
Aku memintamu pada Tuhanku. Kalau ternyata Tuhanku tidak memberikanmu untukku. maka aku akan mencoba bersabar. Entah bagaimana aku harus memintamu lebih dari ini.
Karena aku tahu apa yang diberikan-Nya tak akan pernah sia-sia. Aku hanya tak ingin mengotori perasanku lebih jauh dari ini. Jika aku hanya boleh menyayangimu seperti ini maka aku tak akan meminta lebih dari ini.
Aku meminta pada Tuhanku untuk menjagamu. Dengan segala kebesaran-Nya, aku hanya berharap yang terbaik yang akan diberikan-Nya padamu.
Dan bila yang terbaik itu bukan diriku. Maka tak ada lagi yang akan kukatakan lagi.
Aku ingin bersamamu. Lebih dari apapun juga di dunia ini. Karena kau orang yang kusukai, karena aku menyayangimu. Sepenuh hatiku. Setulus jiwaku.
Aku ini wanita egois. Hanya memikirkan kepentinganku sendiri. Membiarkanmu pergi. Aku sedang bertaruh dengan dunia. Dan aku memilih diriku. Dan artinya harus ada sesuatu yang harus kulepaskan untuk kupertaruhkan. Dan itu adalah dirimu.
Bodoh. Sebenarnya hal manapun yang kupertaruhkan tak akan pernah menguntungkan untukku. Aku tetap akan terluka. Maaf, ya. Aku hanya ingin melakukan sesuatu untuk diriku.
Suatu saat nanti, aku ngin kau mengerti arti tatapan mataku. Saat mataku memandangmu. Saat kau menemukan diriku, kau akan mengerti seberapa beratinya dirimu bagiku. Karena itulah aku tak ingin kehilanganmu.
Karena aku ingin kau memandangku seperti itu…
Aku ingin kau menemukanku dalam kehidupanku…yang nyata.
Aku menyukaimu dan aku tak pernah tahu alasan mengapa aku bisa menyukaimu. Jika setelah dirimu tak ada orang lain yang kusukai melebihi hidupku, itu bukan salahmu. Kesalahan terbesarku adalah aku terlalu menyukaimu.
Untuk sebuah nama yang tak akan kulepaskan seumur hidupku. Menjaga dan menyimpan nama itu di tempat yang paling dekat dengan cintaku, jiwaku...hidupku. Semua kesakitan dan kepedihanku yang terus membuatku mengingatmu, mengiris setiap lapisan hatiku, menikmati penderitaan yang terjadi padaku. Jika itu adalah harga yang harus kubayar, maka aku akan membayarnya seumur hidupku. Jika waktu tak bias membantuku melupakanmu aku tak akan pernah meminta lebih dari ini. Keinginan untuk menangis dan menangis. Setiap detik dalam hidupku, aku akan jadi orang paling menyedihkan. Kehilangan seseorang yang kusayangi.
Saat ini dan sampai kapan pun aku ingin selalu bisa mengatakan ini “ I really do miss you, so much miss you, dear “.
I am so tired of being here and if you have to leave, I wish that you just leave.
Because your presence still lingers here and it wont leave me alone
Just let me know, let me know where I belong. I can’t go on like this. Don’t keep me waiting, keep me calling. Maybe you hesitate, maybe I set my hopes to high. But all I wanna do is hold you close and everything between I wait for you to call me. I wait for you to tell me and to set me free. I guess it’s the price I have to pay. still everything happens for a reason is no reason not to ask myself. Damn, why you?!
It was never good enough. I wonder sometimes, if the distance and culture were nothing, what would you do? What would you tell me? Because I wonder sometimes it will be vanish.
What else should I be, what else I could write. I wish I was like you. Everybody’s got their problems just like we are. Everybody says the same things to you. And I asked you someday, why you listened of what they said to you. It’s just a matter how you solve then and knowing how to change the things you’ve been through.
I feel I’ve come to realize something, how fast life can be compromised. It’s just a problem that you faced with me. Would you step back to see what’s going on. I cant believe this happened to you, for me I cant believe it either. Why do things that matter the most, never end up being our choice. I don’t think I knew what I had.
for you opened my eyes. to the beauty I see. I will pray for us. Sometimes I think I’m going mad. We’re losing all we had. And no one seems to care.
Never be untrue .
It is not about a pain. It is about being someone.
About learning how to let go something. Something deeply.
Surely, there must be a wish and can not realize alone. Of your life.
The paint was finished. The stories was ended.
And the journeys ended here.
Loving is a battle. Caring is struggle. Hoping is healing. And wishing is nothing.
Being loved is so wonderful. Being hurt is wonderful.
Someday I’ll understand what is those mean. Maybe.
Miracle.Bless.Curse.Destin
Aku selalu ingin bertemu dengannya. Dalam mimpiku, ia adalah milikku satu-satunya. Dalam mimpiku aku adalah seseorang yang berada disisinya. Dalam mimpiku aku adalah miliknya satu-satunya. Tak akan ada orang lain.
Tapi, mengapa mimpiku tak pernah berlangsung lebih lama, aku selalu benci saat terbangun. Ketika mimpi itu berlalu seperti serpihan kecil, melewati alam sadarku, mengalir dari kedua mataku. Saat terbangun, aku akan menangis. Selalu seperti itu. Aku kehilangan dirinya, dalam dunia mimpiku dan dunia nyataku. Aku benar-benar tak bisa meraihnya. Aku ingin terus bermimpi, jika mimpi itu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan. Aku ingin terus tertidur. Melupakan kesakitanku, melupakan kepedihanku, melupakan keperihan jiwaku. Berharap jika hanya itu yang bisa membuatku merasa hidup...
Setelahnya. Tak pernah ada mimpi setelahnya. Tak ada mimpi selain dirinya. Hanya dirinya yang ingin kulihat, hanya dirnya yang selalu ingin kutemui, hanya dirinya yang selalu ingin kumimpikan dalam setiap tidurku. Tak akan pernah menjadi orang lain.
Aku hanya meminta dirinya untuk mengisi seluruh hidupku. Hanya dirinya. Tak pernah ada orang lain. Sejak hari itu, saat ini maupun hari-hari berikutnya...seluruh sisa hidupku.
Aku pernah berjanji padanya. Aku akan selalu bersamanya, menyayanginya apapun yang terjadi. Ketika janji itu terucap, aku tak pernah berpikir sampai sejauh ini. Semua beban yang kutanggung, janji yang kuucapkan. Bahkan saat melepas semua janjiku padanya, aku masih merasakan kesakitan itu. Luka yang semakin dalam dan dalam, merobek seluruh jiwaku.
Aku benar-benar tak bisa berhenti. Harapan yang semakin mengecil itu terus saja menggangguku. Langkahku selalu tertahan ditempat yang sama. Berulang dan berulang seperti itu. Aku tak pernah beranjak dari sini. Aku tak pernah bisa dan tak ingin meninggalkannya.
Semua kenangan itu, terasa begitu dekat dan menyenangkan untuk dinikmati. Aku tahu luka hatiku akan semakin membesar. Aku pertaruhkan semua perasaanku, berharap suatu saat jalan itu akan terbuka bagiku. Baginya. Terus menerus berharap benang merahku akan tersambung dijarinya.
Tuhanku...
Aku sangat tersiksa dengan seluruh perasaanku ini. Aku tak tahu apalagi yang harus kulakukan untuk menghilangkan perasaan ini. Inikah cara untuk menebus dosaku. Apakah menyukainya hal yang terlarang untukku. Seluruh juwaku, hatiku terasa begitu sakit. Luka itu tak pernah bisa mengering. Apalagi yang harus kulakukan, aku ingin melupakannya. Benar-benar ingin melupakannya. Jika itu adalah satu-satunya cara untukku. Bagaimana caranya. Jika perasaan ini terlalu dalan, jika keinginan dan harapan ini terlalu jauh untuk kuraih, jika perasaanku tak bisa lepas darinya, apa yang harus kulupakan.
Berkali-kali terus kukatakan pada diriku. Bukan aku. Bukan aku yang akan bersamanya selama sisa hidupnya. Bukan aku yang akan berjalan disisinya. Bukan aku yang akan melihatnya saat tertidur dan terbangun di keesokan paginya. Tapi, tetap saja. Semakin aku bersikeras seperti itu, aku semakin menyakiti dirku. Menusuk jiwaku lebih dalam lagi, mencoba menelan kenyataan yang kuciptakan. Kebohongan yang kuciptakan untuk menutupi kesakitanku.
Tak ada yang bisa mengerti. Tak apa. Bagiku cukup hanya aku yang mengerti. Jika hanya aku yang bisa mengerti pun, tak mengapa. Semua yang kumiliki, seluruh perasaan yang kugenggam saat ini, seluruh air mata yang kutahan sampai saat ini. Semuanya akan kupertaruhkan. Semuanya akan kugulirkan satu per satu. Kata demi kata, cerita demi cerita, semua kisah yang kurangkai. Seluruh perasaanku yang terdapat dalam setiap kata yang kuucapkan. Selruh perasaan sayangku yang kucurahkan dalam setiap cerita itu, hanya sedikit dari yang bisa kurasakan. Hanya sedikit dari seluruh perasaan sayangku padanya. Aku menyayanginya dengan segenap jiwa dan ragaku. Dengan seluruh harapan tentang hidupku. Menjadikannya satu-satunya seseorang yang sangat kusayangi. Menjadikan namanya hal terakhir yang ingin kusebut saat menutup mataku.
Aku hanya bisa menyukaimu, menyayangimu dengan seluruh jiwaku. Aku akan berusaha untuk menjagamu, melindungimu dengan taruhan nyawaku. Aku hanya bisa menjanjikan hal itu padamu... Saat tahun demi tahun berlalu dan langkah mulai terasa berat untuk berayun, aku yang akan menopangmu. Aku tak akan pernah pergi dari sisimu. Apapun yang terjadi aku akan selalu bersamamu...
Janji itu. Janji yang kuucapkan. Janji yang dengan jelas dan tanpa keraguan mengalir dari mulutku. Seterang cahaya matahari dan sejernih embun pagi, aku dengan suara terisak mengatakannya. Hanya padanya. Untuk pertama kalinya dan terakhir kalinya...
Hanya dirinya yang membuatku mengatakannya. Karena hanya ia yang ingin kujanjikan seperti itu. Satu-satunya orang yang ingin kusayangi sepenuh jiwaku, satu-satunya orang yang akan kulindungi. Kau adalah orang itu...
Lalu...sekarang. Aku melepas janjiku.Hal yang sangat bodoh dan menyedihkan.
Karena aku sedang melakukan suatu kebohongan besar dalam hidupku. Jika aku mengatakan aku sudah melupakannya. Tidak. Tidak akan bisa. Mungkin tidak akan pernah
Dimanapun dirinya, sejauh apapun jarak yang ada diantara aku dengannya aku tak akan pernah bisa melupakannya. Seluruh perasaan tak akan bisa dihapus dan dihilangkan begitu mudah dengan waktu dan jarak. Tak ada yang dapat memastikan apakah harus menepuh jarak beribu kilometer atau beribu kelahiran sekalipun. Perasaan ini tak akan bisa dipastikan kapan akan bisa sedikit demi sedikit memudar. Tanpa terasa menyakitkan.
Jika sedalam itu perasaan yang kumiliki. Bagaimana bisa aku menatap hal lain. Hal yang jelas-jelas ada di hadapanku. Menunggu untuk kusambut. Sebegitu sulitnyakah untuk melihat selain dirinya.
Aku tak bisa menyukai seseorang seperti aku menyukainya. Dengan seluruh jiwaku, hidupku. Aku tak memiliki cukup keberanian untuk meninggalkannya. Karena aku terlalu menyayanginya.
Jika aku berbohong deminya, aku akan berbohong pada diriku sendiri. Aku tak pernah bisa benar-benar menyukai seseorang setelahnya. Sejak hari itu dan sampai saat ini hanya orang itu yang selalu ada dalam pikiranku.
Aku menyerahkan selruhu harapanku tentang kehidupan, tentang mimpiku, tentang masa depanku padanya. Karena aku hanya ingin dirinya satu-satunya orang yang kutemui dalam mimpiku, dalam kehidupanku, dalam setiap kelahiranku.
Nama itu, nama yang tak akan kulepaskan seumur hidupku. Aku tak bisa menemukan nama selain namanya untuk kuucapkan setiap detik dalam hidupku.
Aku hanya menginginkan dirinya, untukku, untuk seluruh sisa hidupku. Aku percaya padanya. Aku sangat mempercayainya melebihi apapun. Aku sangat ingin mempercayai jika suatu saat nanti kalan itu akan terbuka. Jika aku berusaha sedikit lagi, mungkin aku akan dapat menemukan cara untuk menemukannya. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan, jika saja aku masih bisa memahami apa arti dari percaya itu sendiri.
Seandainya aku masih bisa mempercayai seseorang selain dirinya. Aku benar-benar ingin berhenti, menyerah dan melaps semua kesakitan ini dari dalam jiwaku. Aku merasa sangat lelah sekali. Sangat lelah...
tersikasa dengan perasaan ini, tak bisa beranjak dari tempatku, melanjutkan kembali kehidupanku. Jika aku mneyesal dan memintanya untuk mengulang semuanya dari awal apa akan ada yang berubah. Apa itu akan membuatku bahagia seperti harapanku. Bersamanya selamanya seperti keinginanku, benarkah ia yang trebaik untukku. Benarkah ia yang kuinginkan seumur hidupku?
Aku hanya tak bisa lepas darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar