Dear Rai,
Kuhabiskan waktuku hari ini tuk melihat pelayan yang kusuruh mengisi gelasku dengan minuman hingga penuh dan meluber kemana-mana.
Terus kusuruh dia mengisi gelasku, meski gelasku telah penuh dan minuman itu semakin meluber kemana-mana.
Pelayan itu memandangi aku dengan penuh heran sambil bertanya ;
"kenapa anda menyuruh saya untuk terus menuangkan minuman ini...?!",
"karena saya menikmatinya...!!!", jawabku,
"kenapa anda menikmatinya...?!", tanya pelayan itu lagi,
"karena, gelas itu adalah saya...!!!", jawabku lagi sambil menatap matanya,
dan pelayan itu tak lagi bertanya, entah dia mengerti maksudku atau tidak, aku tidak peduli, lagipula, dia tidak digaji untuk mengerti.
Dear Rai,
Topeng di wajahku yang kau benci masihlah melekat diwajahku.
Topeng yang dengan susah payah kau lepaskan untuk kukenakan kembali.
Biarlah topeng ini terus melekat di wajahku, hingga nanti dirimu yang lain datang dan melepaskannya.
Namun aku tak lagi berharap.
Dan pertanyaan itu kembali terulang dalam benakku ;
"kenapa harus kamu yang bisa membuatku merasa nyaman...?!,
padahal kamu tak bisa tuk kumiliki...?!,
kenapa harus kamu...?!".
Dear Rai,
Aku mencari dirimu yang lain hingga sekarang, namun tak kutemukan.
Aku mencari dirimu yang lain, tuk kembali ke masa lalu.
Beberapa orang bilang, dalam asmara yang penting adalah kualitas.
Beberapa orang yang lain bilang, kuantitas lebih penting.
Tapi Rai, keduanya pernah kita miliki.
Aku ingin menghidupkan kembali masa lalu, menjumlahkan kuantitas dan menikmati kualitas.
Dear Rai,
Kita pernah menginjak-injak kehidupan, aku tahu bahwa kau pun tahu, kehidupan itu sekarang kupikul di pundakku.
Kau tahu bahwa aku ingin sekali membakar kehidupan itu.
Dan aku ingin membakar diriku serta.
Dear Rai,
Dulu kupikir, aku bisa terus menang dan tak pernah kalah.
Dulu kupikir, aku bisa mengatasi masalahku sendiri, tanpa perlu bantuan orang lain.
Dulu kupikir, aku bisa terus menyerang tanpa perlu memikirkan cara tuk bertahan.
Dulu kupkir, keluarga, saudara, dan teman-teman adalah tempat tuk mengadu sedikit rasa, namun rupanya tak semua.
Dear Rai,
Sedikit berharap pada seseorang hanya akan menimbulkan rasa kecewa yang tak sedikit, dan aku benci itu.
Masalah-masalahku tak lagi bisa kuselesaikan sendiri, dan aku benci itu.
Aku terus bertahan dari serangan, tanpa tahu sampai kapan aku kan terus bertahan, dan aku benci itu.
Aku kalah dan kalah lagi, dan aku benci itu.
Dan pada akhirnya, aku semakin membenci diriku sendiri.
Dear Rai,
Kurasa ini yang terakhir.
Aku kalah dan aku menyerah.
Aku selesai sampai disini.
Kutunggu kau disana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar