Minggu, 24 Mei 2009

Jakarta Goodbye

Teriknya Jakarta di waktu jam istirahat kantor benar2 seperti menusuki kulitnya,jalanan terhampar di hadapannya penuh oleh kendaraan, kemacetan luar biasa yang semakin biasa buatnya, tak lagi kaget seperti dulu dan uring2an, dengan santai dikemudikannya motor melewati ruang2 antar mobil, seolah sedang menari.Suara klakson tak lagi mengganggu telinganya dan tak lagi membuatnya memaki orang2 yang membunyikan klakson,tiga hari di singapura dia hanya mendengar suara klakson sekali, sedangkan di jakarta, satu detiknya bisa 5 sampai 8 suara klakson sekaligus.Image jakarta sebagai kota kosmopolitan atau metropolitan buatnya miris dan tersenyum kecut, buatnya jakarta seperti kota puritan, kota untuk kaum puritan tentunya.Teringat kata2 temannya yang selalu diingatnya terus ; " dan pada akhirnya, kita semua menyesal...!!!".

Bus2, angkot2 'ngetem' di pinggir jalan, mempersempit badan jalan yang telah sempit oleh jalur busway, polisi2 sibuk mengatur lalu lintas, suara2 klakson beradu dengan deru suara mesin, ditimpali suara peluit polisi2, musik siang hari yang selalu diputar setiap hari senin sampai jum'at dalam seminggu.Terkadang kemacetan yang parah dilewati oleh rombongan 'orang2 penting pemerintah' yang tak pernah mau ikut macet, sehingga menambah parah kemacetan.Dan memang benar adanya bahwa perbedaan kepentingan selalu membuat keadaan kacau dan tak karuan.Buatnya, itu sudah menjadi hal biasa, semacam kebodohan yang terstruktur, terlalu lama dibiarkan, terlalu lama di anggap biasa dan wajar adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar